Sistem Pencernaan pada Manusia

Sistem Pencernaan pada Manusia

Sistem Pencernaan pada Manusia
Sistem Pencernaan pada Manusia
Credit: wikipedia(dot)org (modifikasi)

Tentang Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan merupakan sekelompok organ yang bekerja sama untuk mengubah makanan menjadi energi dan nutrisi dasar sebagai sumber makanan bagi seluruh sel dalam tubuh. Sebagian besar dari apa yang kita makan tidak dapat digunakan langsung dalam bentuk sesuai aslinya.

Nutrisi harus dipecah menjadi komponen yang lebih kecil, seperti asam amino dan monosakarida, yang sifatnya universal untuk semua spesies. Bayangkan apa yang terjadi jika Anda makan sepotong daging sapi. Myosin dari daging sapi hanya memiliki sangat sedikit perbedaan dari myosin yang ada pada otot kita, tetapi keduanya tetap tidak identik, bahkan jika mereka identik pun, myosin daging sapi tidak bisa diserap, diangkut dalam darah, dan terpasang langsung ke dalam sel otot kita.


Seperti protein makanan lainnya, myosin harus dipecah menjadi asam amino sebelum dapat digunakan. Karena protein daging sapi dan manusia terbuat dari 20 asam amino yang sama, protein-protein dari daging sapi tersebut mungkin memang menjadi bagian dari myosin yang ada pada otot kita sendiri namun bisa juga berakhir sebagai insulin, fibrinogen, kolagen, atau protein lainnya dalam tubuh dikarenakan sama-sama terbentuk dari asam amino.

Sistem pencernaan memiliki dua subdivisi anatomi, saluran pencernaan (digesti) dan organ aksesori. Saluran pencernaan adalah tabung berotot yang memanjang dari mulut hingga anus. Pada orang yang hidup, panjang saluran pencernaan adalah sekitar 5 meter; tetapi karena hilangnya tonus otot pada saat kematian, panjang saluran pencernaan biasanya menjadi sekitar 9 m. Saluran pencernaan juga dikenal sebagai kanal alimentary atau gut. Yang termasuk ke dalam saluran pencernaan antara lain: mulut, faring, esofagus, lambung, usus halus, dan usus besar. Bagian dari itu, perut dan usus, merupakan apa yang kita sebut sebagai saluran gastrointestinal (GI). Sementara yang termasuk organ aksesori adalah gigi, lidah, kelenjar ludah (saliva), hati, kandung empedu, dan pankreas.

Saluran pencernaan terbuka ke lingkungan pada kedua ujungnya. Sebagian besar materi yang masuk ke dalam saluran pencernaan belum dapat dikatakan masuk ke dalam tubuh; dengan kata lain masih dianggap berada di luar tubuh sampai diserap oleh sel-sel epitel saluran pencernaan. Dalam arti sempit, feses sebagai residu (zat sisa) proses pencernaan makanan tidak pernah berada dalam tubuh.

Untuk mencapai tujuannya dalam menyediakan energi dan nutrisi bagi tubuh; ada beberapa fungsi utama yang berlangsung dalam sistem pencernaan: proses pemasukan (ingesti), sekresi (enzim pencernaan), pencernaan (digesti), penyerapan (absorpsi),dan  pengeluaran (ekskresi).

Lapisan pada Sistem Pencernaan

Dinding pada saluran pencernaan terdiri dari beberapa jenis lapisan jaringan, sesuai urutan dari dalam ke permukaan luar:

mukosa
   epitel
   lamina propria
   mukosa muskularis
submukosa
muskularis eksterna
   lapisan melingkar (sirkular)
   lapisan longitudinal
serosa
   jaringan areolar
   mesothelium

Lapisan bagian dalam saluran pencernaan, yang disebut membran mukosa, terdiri dari epitel, lapisan jaringan ikat longgar yang disebut lamina propria, dan lapisan tipis dari otot halus yang disebut mukosa muskularis. Epitel berbentuk seperti tabung sederhana pada sebagian besar saluran pencernaan; tetapi pada mulut, faring, kerongkongan, dan lubang anus ia dapat berbeda. Lapisan paling dalam dari saluran pencernaan ini lebih berisiko terkena abrasi pada bagian saluran pencernaan selain bagian lambung dan usus, sehingga dengan demikian ia memiliki epitel skuamosa berlapis. Mukosa muskularis melapisi mukosa untuk menciptakan alur dan bentuk yang dapat meningkatkan luas permukaan dan kontaknya dengan makanan. Hal ini meningkatkan efisiensi proses pencernaan dan penyerapan nutrisi. Pada lapisan mukosa ini banyak  sekali terdapat limfosit dan nodul limfatik – atau yang biasa disebut MALT (mucosa associated lymphatic tissue).

Submukosa adalah lapisan tebal dari jaringan ikat longgar yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfatik, pleksus saraf, dan di beberapa tempat terdapat kelenjar lendir. MALT juga meluas ke submukosa di beberapa bagian saluran pencernaan.

Muskularis eksterna biasanya terdiri dari dua lapisan otot polos di dekat permukaan luar. Sel-sel dari lapisan dalam mengelilingi saluran membentuk lingkaran (sirkular) dan sel yang bagian luar berbentuk longitudinal. Di beberapa tempat, lapisan melingkar ini menebal untuk membentuk katup (sfingter) yang mengatur lewatnya bahan melalui sistem pencernaan. Muskularis eksterna bertanggung jawab untuk gerakan peristalsis dan gerakan lain yang bertugas mencampurkan enzim pencernaan dengan makanan serta mendorong bahan makanan melalui saluran tersebut.

Serosa terdiri dari lapisan tipis jaringan areolar yang bagian atasnya dilapisi oleh skuamosa mesothelium sederhana. Lapisan ini dapat ditemukan mulai dari 3 sampai 4 cm di bawah kerongkongan dan berakhir tepat sebelum rektum. Faring, sebagian kerongkongan, dan rektum tidak memiliki serosa tetapi dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat fibrosa yang disebut adventitia, yang menyatu ke dalam jaringan ikat organ lain yang berdekatan dengannya.

Anatomi Umum Sistem Pencernaan Manusia

Mulut

Mulut juga dikenal sebagai rongga mulut (buccal), memiliki fungsi dalam ingesti (pemasukan makanan), sensasi rasa, pengunyahan (pencernaan mekanik), pencernaan kimiawi, proses menelan, berbicara, dan respirasi. Mulut tertutup oleh pipi, bibir, langit-langit, dan lidah. Pembukaan anterior mulut yaitu antara kedua bibir dinamai fisura oral, dan pembukaan posteriornya ke dalam tenggorokan dinamakan fauces. Mulut dilapisi dengan epitel skuamosa berlapis. Lapisan ini mengalami keratinisasi pada bagian yang berisiko terhadap abrasi, seperti gusi dan langit-langit keras; sementara mukosanya tidak berkeratin di bagian lain seperti dasar mulut, langit-langit lunak, dan bagian dalam pipi serta bibir.

Gigi

Gigi secara kolektif disebut gigi-geligi. Organ ini berperan untuk mengunyah makanan, memecahnya menjadi potongan-potongan kecil. Ia tidak hanya membuat makanan lebih mudah untuk ditelan, tetapi juga memperluas permukaan untuk aksi enzim pencernaan sehingga mempercepat proses pencernaan kimiawi. Orang dewasa biasanya memiliki 16 gigi di rahang bawah dan 16 di rahang atas, total ada 32 buah gigi. Dari garis tengah ke bagian belakang masing-masing rahang; ada dua gigi seri, satu gigi taring, dua gigi geraham kecil, dan tiga gigi geraham besar.

Incisor (gigi seri) berbentuk seperti pahat – ia berperan layaknya pemotong yang digunakan untuk menggigit sepotong makanan. Canine (gigi taring) yang lebih runcing bertindak untuk menusuk dan merobek makanan tertentu seperti daging. Pada banyak mamalia ia sering berperan sebagai senjata tapi dalam perjalanan evolusi manusia sekarang ia tidak lagi menjadi salah satu metode pertahanan (senjata) seperti pada singa ataupun predator lain. Premolar (geraham kecil) dan molar (geraham besar) memiliki permukaan yang relatif luas; ini diadaptasi untuk menjalankan fungsinya menghancurkan serta menggiling makanan.

Lidah

Lidah, meskipun berotot dan besar, organ ini cukup fleksibel dalam bergerak dan merupakan organ yang sensitif dengan beberapa fungsi: reseptor sensorik untuk rasa, tekstur, dan suhu yang penting dalam penerimaan atau penolakan makanan; mengatur letak makanan di antara gigi untuk proses pengunyahan; mengeluarkan lendir dan enzim pencernaan; menekan makan yang telah dikunyah menjadi massa yang lembut (bolus) sehingga lebih mudah untuk ditelan; mendorong makanan keluar dari mulut masuk ke kerongkongan (penelanan), serta sangat penting dalam proses berbicara. Permukaannya ditutupi dengan epitel skuamosa berlapis tak berkeratin dan terdapat bagian seperti benjolan kecil yang disebut lingual papilla, tempat sensor pengecap rasa makanan. Ada beragam jenis papilla (filiformis, sirkumvalata dan fungiformis).

Kelenjar Ludah

Air liur (saliva) memilik fungsi untuk membasahi mulut; mencerna sejumlah kecil tepung dan lemak; membersihkan gigi; menghambat pertumbuhan bakteri; melarutkan molekul sehingga dapat merangsang indera perasa; serta melumasi makanan untuk membantu dalam menelan. Saliva merupakan cairan yang 97-99,5% bagiannya adalah air serta sisanya merupakan zat terlarut sebagai berikut:

● amilase, enzim yang memulai pencernaan pati di dalam mulut;
● lipase, enzim yang diaktifkan oleh asam lambung dan mencerna lemak setelah makanan ditelan;
● lendir, yang mengikat dan melumasi massa makanan dan membantu dalam menelan;
● lisozim, enzim yang membunuh bakteri;
● imunoglobulin A (IgA), antibodi yang menghambat pertumbuhan bakteri; dan
● elektrolit, termasuk sodium, kalium, klorida, fosfat, dan garam bikarbonat.

Faring

Faring adalah corong otot yang menghubungkan rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke laring; dengan demikian ia merupakan titik di mana pencernaan dan pernafasan berpotongan. Faring terdiri dari tiga wilayah yang disebut nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring merupakan bagian yang eksklusif menjadi saluran pernapasan, ia dilapisi oleh epitel kolumnar pseudostartified; sementara orofaring dan laringofaring berperan sebagai saluran pernapasan sekaligus pencernaan, mereka dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis nonkeratin, diadaptasi untuk menahan abrasi oleh makanan yang lewat.

Esofagus

Esofagus (kerongkongan) adalah tabung lurus berotot dengan panjang 25 sampai 30 cm, berada di posterior dari trakea. Bagian atasnya terletak antara vertebra C6 dan kartilago krikoid dari laring. Setelah melewati bawah melalui mediastinum, kerongkongan menembus diafragma di sebuah lubang yang disebut hiatus esofagus; berlanjut hingga 3 sampai 4 cm, dan bertemu dengan lambung pada tingkat vertebra T7. Pembukaannya ke dalam lambung disebut orificium kardiak (karena kedekatannya dengan jantung). Makanan berhenti sebentar pada titik ini sebelum memasuki lambung karena penyempitan yang disebut sfingter kardiak. Sfingter ini mencegah isi lambung dari dimuntahkan ke kerongkongan, sehingga melindungi mukosa esofagus dari efek erosif asam lambung.

Lambung

Lambung adalah kantung otot di rongga perut bagian kiri atas tepat di bawah diafragma yang memiliki fungsi utama sebagai organ tempat penyimpanan makanan. Ia memiliki volume internal sekitar 50 mL saat kosong dan dapat mencapai 1,0 sampai 1,5 L saat kita makan. Ketika sangat penuh, ia bisa menampung hingga 4 L dan memanjang hingga hampir sejauh panggul. Lambung secara mekanis memecah partikel makanan, mencairkan makanan, serta memulai pencernaan protein dan lemak secara kimia. Lambung menghasilkan campuran pekat hasil makanan yang telah setengah dicerna yang disebut kimus. Kebanyakan pencernaan terjadi setelah kimus masuk ke usus halus. Lambung juga menghasilkan sekresi yang penting dalam penyerapan vitamin, mengendalikan nafsu makan, dan koordinasi berbagai bagian saluran pencernaan.

Usus halus

Lambung mengalirkan sekitar 3 mL kimus setiap kalinya ke usus halus. Hampir semua pencernaan kimia dan penyerapan nutrisi terjadi di sini. Untuk melakukan peran ini secara efisien, usus halus harus memiliki area permukaan yang luas yang kontak dengan kimus tersebut. Luas permukaan dapat dicapai dengan bentuk mukosanya yang berlipat-lipat. Pada orang hidup panjangnya sekitar 2,7-4,5 m, tetapi pada kadaver di mana tidak ada tonus otot, panjangnya menjadi sekitar 4 sampai 8 m. Usus halus, dinamakan demikian bukan karena panjangnya tetapi karena diameternya yang kecil yaitu sekitar 2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi tiga wilayah: duodenum, jejunum, dan ileum.

Usus Besar

Usus besar menerima sekitar 500 ml sisa makanan yang telah dicerna per harinya, lalu menguranginya menjadi sekitar 150 mL dengan menyerap kandungan air dan garam pada feses, serta membuangnya menjadi kotoran lewat proses defekasi. Usus besar memiliki panjang sekitar 1,5 m dan diameter 6,5 cm pada kadaver. Dinamakan usus besar karena diameternya yang memang relatif besar, bukan karena panjangnya yang sebetulnya lebih pendek daripada usus halus. Usus besar terdiri dari empat bagian: sekum, kolon, rektum, dan anus.

Sekum adalah sebuah kantong di kuadran perut kanan bawah lebih rendah dari katup ileocecal. Melekat pada ujung bawahnya adalah bentuk seperti cacing, saluran buntu dengan panjang 2-7 cm. Mukosa usus buntu (apendiks) banyak terdapat limfosit dan merupakan sumber signifikan dari sel-sel imun.  Kolon adalah bagian dari usus besar yang letaknya di antara persimpangan ileocecal dan rektum. Kolon dibagi menjadi 4 bagian yaitu: ascenden, transversum, descenden, serta sigmoid. Rektum memiliki panjang sekitar 15 cm, ia merupakan bagian usus besar yang letaknya ada di dalam rongga panggul. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva anteroposterior. Mukosa rektum lebih halus daripada usus besar. Ia memiliki tiga lipatan rektal internal yang melintang (katup rektal) yang memungkinkan untuk mempertahankan kotoran sementara gas dapat lewat. Usus besar mengandung sekitar 7 sampai 10 L gas, dibuang sekitar 500 mL per harinya lewat anal sebagai flatus. Bagian 3 cm paling ujung dari usus besar adalah lubang anus, yang melewati otot levator ani dari dasar panggul dan berakhir di anus.

Hati dan Kandung Empedu

Hati adalah kelenjar coklat kemerahan yang terletak tepat di bawah diafragma, mengisi sebagian besar daerah hipokandriak dan epigastrium. Ia merupakan kelenjar terbesar yang ada di dalam tubuh manusia, dengan berat sekitar 1,4 kg. Hati memiliki banyak fungsi. Hanya satu dari fungsi-fungsi ini yang memberikan kontribusi dalam proses pencernaan yaitu sekresi empedu.

Empedu adalah cairan hijau yang mengandung mineral, kolesterol, lemak netral, fosfolipid, pigmen empedu, dan asam empedu. Pigmen utamanya adalah bilirubin, yang berasal dari dekomposisi hemoglobin. Bakteri usus besar memetabolisme bilirubin menjadi urobilinogen, yang bertanggung jawab untuk memberi warna coklat pada feses. Dengan tidak adanya sekresi empedu, tinja akan menjadi putih keabu-abuan dan ditandai oleh garis-garis lemak yang tidak tecerna (tinja akolik). Asam empedu (garam empedu) adalah steroid yang disintesis dari kolesterol. Asam empedu dan lesitin mengemulsi lemak – menghancurkan lemak makanan menjadi bagian kecil dengan luas permukaan lebih besar untuk kerja enzim yang lebih efisien. Emulsifikasi sangat meningkatkan efisiensi pencernaan lemak.

Kandung empedu berbentuk seperti buah pir yang letaknya ada di bawah organ hati. Ia memiliki fungsi untuk menyimpan dan mengkonsentrasikan empedu. Ia memiliki panjang sekitar 10 cm.

Pankreas

Pankreas adalah kelenjar pencernaan yang strukturnya mirip spons dan terletak di bawah lambung. Ia memiliki panjang sekitar 15 cm serta memiliki kapsul jaringan ikat yang sangat tipis dan permukaan nodular.

Pankreas merupakan kelenjar eksokrin sekaligus endokrin. Sembilan puluh sembilan persen dari pankreas adalah jaringan eksokrin yang mengeluarkan enzim dan natrium bikarbonat. Bagian endokrinnya ialah pulau langerhans, yang mengeluarkan hormon insulin dan glukagon.

Gangguan pada Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan sangat berisiko mengalami berbagai gangguan. Gangguan motilitas di antaranya: kesulitan menelan (disfagia), penyakit refluks gastroesophageal (GERD), dan obstruksi pilorus. Penyakit inflamasi antara lain: esofagitis, gastritis, radang usus buntu (appendisits), kolitis, diverticulitis, pankreatitis, hepatitis, dan sirosis. Kanker juga dapat terjadi di hampir setiap bagian sistem pencernaan: mulut, kerongkongan, lambung, usus besar, dubur, hati, dan pankreas. Usus besar dan kanker pankreas merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di Amerika Serikat.

Gangguan pada sistem pencernaan dapat muncul dengan berbagai tanda dan gejala: anoreksia (kehilangan nafsu makan), muntah, sembelit, diare, sakit perut, atau perdarahan gastrointestinal. Kebanyakan hal ini tidak bersifat spesifik; tanda/gejala ini tidak secara tunggal mengidentifikasikan gangguan pencernaan tertentu. Perdarahan gastrointestinal, misalnya, dapat merupakan hasil dari varises di dinding saluran pencernaan, polip usus, radang saluran GI, wasir, tukak lambung, infeksi parasit, ataupun kanker. Mual bahkan lebih tidak spesifik; mual dapat terjadi tidak hanya karena gangguan nondigestive tetapi juga dapat disebabkan oleh tumor di perut ataupun batang otak, trauma organ urogenital, atau bahkan disfungsi telinga dalam.

Berikut adalah beberapa contoh masalah medis yang dapat terjadi pada sistem pencernaan:

Pankreatitis akut, ialah peradangan pankreas yang parah, ia mungkin disebabkan oleh trauma, yang mengarah ke kebocoran enzim pankreas ke dalam parenkim, di mana enzim ini kemudian malah mencerna jaringan yang terkena dan menyebabkan peradangan serta perdarahan.

Appendisitis,  ialah radang pada usus buntu (appendiks) dengan pembengkakan, nyeri, dan ancaman gangren, hingga perforasi (kebocoran) serta peritonitis.

Asites, ialah akumulasi cairan serosa dalam rongga peritoneum, sering menyebabkan distensi ekstrim pada perut. Paling sering disebabkan oleh sirosis hati dan sering dikaitkan dengan alkoholisme. Organ hepar yang bermasalah mengeluarkan cairan ke dalam rongga perut sehingga terbentuklah asites.

Sirosis hati, yaitu penyakit radang ireversibel dari hati yang sering disebabkan oleh alkoholisme. Penyakit ini dapat membuat organ hati menjadi keras dikarenakan fibrosis dan regenerasi nodular dari jaringan yang rusak. Obstruksi saluran empedu dapat menyebabkan jaundice (kekuningan pada kulit dan mata), dan obstruksi sirkulasi yang terjadi menyebabkan pembuluh darah baru terbentuk tidak memperdarahi organ hati sehingga organ hati terkena hipoksia, nekrosis berlanjut, dan mengalami kerusakan permanen.

Penyakit Crohn, yaitu radang pada usus halus dan usus besar, mirip dengan kolitis ulserativa dalam gejala dan kecenderungan turun-temurun. Penyakit ini menghasilkan lesi granular dan fibrosis pada usus; diare; dan nyeri perut bagian bawah.

Divertikulitis, muncul sebagai herniasi yang meradang dari usus besar. Penyakit ini erat kaitannya dengan diet rendah serat. Divertikula bisa pecah, menyebabkan peritonitis.

Disfagia, adalah kesulitan menelan. Dapat merupakan hasil dari terhalangnya esofagus oleh tumor maupun konstriksi atau juga oleh gangguan peristaltik (akibat gangguan neuromuskuler).

Hernia hiatus, yaitu penonjolan bagian perut ke dalam rongga dada, di mana tekanan toraks negatif dapat menyebabkannya menggelembung ke dalam. Penyakit ini sering disebabkan oleh refluks gastroesofageal.

Kolitis ulserativa, yaitu peradangan kronis yang mengakibatkan ulserasi pada usus besar, terutama kolon sigmoid dan rektum. Penyakit ini cenderung untuk menurun (herediter), namun penyebab pastinya masih belum diketahui.


Referensi:

Saladin K.S. (2013). Human Anatomy 4th Edition. New York:  McGraw-Hill Education
PULSA GRATIS!!!

Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?

Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^

Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.

Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-

Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D

Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html

Title : Sistem Pencernaan pada Manusia
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2016/03/sistem-pencernaan-pada-manusia.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »