Defek Septum Atrium: Patofisiologi, Diagnosis, Tatalaksana, dan Pembedahannya
Defek septum atrium
(DSA) adalah defek pada sekat jantung yang memisahkan
atrium kiri dan kanan, sehingga terjadi pirau dari atrium kiri ke atrium
kanan dengan peningkatan beban volume di atrium dan ventrikel kanan. Defek
septum atrium terdiri dari DSA primum, sekundum, tipe sinus venosus, dan tipe
sinus koronarius. Defek septum atrium merupakan bentuk PJB (Penyakit Jantung Bawaan) terbanyak kedua
setelah defek septum ventrikel dengan prevalensi sekitar 7-10%, dan 80% di
antaranya merupakan DSA sekundum. (Bernstein, 2007)
Secara anatomis DSA
dibagi menjadi DSA primum, sekundum, tipe sinus venosus,
dan tipe sinus koronarius. Pada DSA primum terdapat defek pada bagian bawah
septum atrium, yaitu pada septum atrium primum. Selain itu, pada DSA primum
sering pula terdapat celah pada daun katup mitral. Kedua keadaan tersebut
menyebabkan pirau dari atrium kiri ke kanan dan arus sistolik dari ventrikel
kiri ke atrium kiri melalui celah pada katup mitral (regurgitasi mitral).
Pada tipe sinus
venosus defek septum terletak di dekat muara vena kava superior atau
inferior dan sering disertai dengan anomali parsial drainase vena pulmonalis, yaitu
sebagian vena pulmonalis kanan bermuara ke dalam atrium kanan. Pada tipe sinus
koronarius defek septum terletak di muara sinus koronarius. Pirau pada DSA sinus
koronarius terjadi dari atrium kiri ke sinus koronarius, baru kemudian ke atrium
kanan. Pada kelainan ini dapat ditemukan sinus koronarius yang membesar. (Bernstein, 2007)
Pada DSA sekundum
terdapat lubang patologis pada fosa ovalis. Defek septum
atrium sekundum dapat tunggal atau multipel (fenestrated atrial septum). Defek
yang lebar dapat meluas ke inferior sampai pada vena kava inferior dan ostium
sinus koronarius, ataupun dapat meluas ke superior sampai pada vena kava superior. (Bernstein, 2007)
► Patofisiologi Defek Septum Atrium
Derajat pirau dari
atrium kiri ke atrium kanan tergantung pada besarnya defek, komplians
relatif ventrikel kanan dan resistensi relatif vaskular pulmonal. Pada defek
yang besar, sejumlah darah yang teroksigenasi (dari vena pulmonal) mengalir
dari atrium kiri ke atrium kanan, menambah jumlah darah vena yang masuk
ke atrium kanan (venous return).
Total darah tersebut
kemudian dipompa oleh ventrikel kanan ke paru. Aliran darah
balik dari paru ke atrium kiri akan terbagi menjadi
dua, yaitu ke atrium kanan melalui defek dan ke ventrikel kiri. Pada
defek yang besar, rasio aliran darah pulmonal dibandingkan sistemik
(Qp/Qs) dapat berkisar antara 2:1 sampai 4:1. (Bernstein, 2007)
Gejala asimtomatis
pada bayi dengan DSA terkait dengan resistensi paru yang
masih tinggi dan struktur ventrikel kanan pada masa awal kehidupan, yaitu dinding
otot ventrikel kanan yang masih tebal dan komplians yang kurang, sehingga
membatasi pirau kiri ke kanan. Seiring dengan bertambahnya usia, resistensi
vaskular pulmonal berkurang, dinding ventrikel kanan menipis dan kejadian
pirau kiri ke kanan melalui DSA meningkat.
Peningkatan aliran
darah ke jantung sisi kanan akan menyebabkan
pembesaran atrium dan ventrikel kanan serta
dilatasi arteri pulmonalis. Resistensi vaskular pulmonal tetap rendah sepanjang
masa anak-anak, meskipun dapat mulai meningkat saat dewasa dan menyebabkan
pirau yang berlawanan dan terjadi sianosis. (Bernstein, 2007)
► Gambaran Klinis Defek Septum Atrium
Sebagian besar pasien
dengan DSA sekundum mempunyai gejala yang asimtomatis,
terutama pada masa bayi dan anak kecil. Tumbuh kembang biasanya normal,
namun jika pirau besar, pertumbuhan dapat terganggu. Pada anak yang lebih
besar, dapat dijumpai intoleransi terhadap beberapa latihan fisik. Bila pirau cukup
besar maka pasien dapat mengalami sesak napas dan sering mengalami infeksi
paru. (Bernstein, 2007)
Pada DSA umumnya
besar jantung normal atau hanya sedikit membesar dengan
pulsasi ventrikel kanan yang teraba pada garis sternum kiri. Komponen aorta
dan pulmonal bunyi jantung II dapat terbelah lebar (wide split), yang disebabkan
oleh beban volume di ventrikel kanan sehingga waktu ejeksi ventrikel kanan
bertambah lama. Split tersebut tidak berubah baik pada saat inspirasi maupun
ekspirasi (fixed split).
Pada keadaan normal,
durasi ejeksi ventrikel kanan bervariasi
sesuai siklus pernapasan, yaitu peningkatan volume ventrikel kanan dan penutupan
katup pulmonal yang terlambat saat inspirasi. Pada DSA, volume diastolik
ventrikel kanan meningkat secara konstan dan waktu ejeksi memanjang sepanjang
siklus pernapasan. Pada defek yang sangat besar dapat terjadi variasi split
sesuai dengan siklus pernapasan. (Christensen, et al.,
2005)
Pada defek kecil
sampai sedang bunyi jantung I normal, namun pada defek besar
bunyi jantung I dapat mengeras. Bising ejeksi sistolik terdengar di daerah pulmonal
(garis sternum kiri tengah dan atas) akibat aliran darah yang berlebih melalui
katup pulmonal (stenosis pulmonal relatif atau fungsional). Aliran darah yang
memintas dari atrium kiri ke kanan melalui defek tidak menimbulkan bising karena
perbedaan tekanan yang kecil antara atrium kanan dan kiri.
Selain itu, dapat
pula terdengar bising diastolik di daerah trikuspid (tricuspid diastolic flow murmur, mid-diastolic
murmur),
yaitu di garis sternum kiri bawah, yang terjadi akibat
aliran darah yang berlebih melalui katup trikuspid pada fase pengisian cepat
ventrikel kanan. Bising ini hanya akan terdengar bila rasio Qp/Qs lebih dari 2:1.
Bising tersebut terdengar keras pada saat inspirasi dan melemah pada ekspirasi. (Christensen, et al., 2005)
► Diagnosis Defek Septum Atrium
Pasien dengan DSA
sekundum dapat memberikan gejala asimtomatis atau gambaran
klinis yang nonspesifik, seperti gangguan pertumbuhan dan infeksi saluran
napas. Pada sebagian besar kasus, diagnosis DSA dipikirkan saat ditemukan
bising jantung yang mencurigakan selama pemeriksaan rutin. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosis
DSA antara lain foto toraks, elektrokardiografi, dan ekokardiografi.
Foto toraks
anterior-posterior (AP) dapat menunjukkan atrium kanan yang menonjol
dengan konus pulmonalis yang menonjol. Pada foto toraks AP juga dapat
menunjukkan jantung yang sedikit membesar dan vaskularisasi paru yang bertambah
sesuai dengan besarnya pirau.2,3 Pembesaran jantung sering terlihat pada
foto toraks lateral karena ventrikel kanan menonjol ke anterior seiring dengan
peningkatan volume. (Bernstein,
2007)
Elektrokardiogram
dapat menunjukkan adanya right bundle
branch block (RBBB) pada 95% kasus DSA sekundum, yang
menunjukkan adanya kelebihan beban volume
ventrikel kanan. Pada DSA sekundum terjadi deviasi sumbu QRS ke
kanan (right axis deviation). (Bernstein, 2007) Hipertrofi ventrikel
kanan dapat ditemukan, namun pembesaran
atrium kanan jarang ditemukan. (Park, 2008)
Ekokardiogram dapat
menunjukkan letak DSA, ukuran defek, dan karakteristik
volume ventrikel kanan yang berlebih, yaitu peningkatan dimensi diastolik
akhir ventrikel kanan dan gerakan paradoksal septum ventrikel. Septum yang
normal bergerak ke posterior saat sistol dan bergerak ke anterior saat diastol.
Adanya beban volume berlebih
pada ventrikel kanan dan resistensi vaskular pulmonal
yang normal menyebabkan gerakan septum terbalik, yaitu bergerak ke anterior
saat sistol. Pemeriksaan ekokardiografi Doppler berwarna dapat menunjukkan
dengan jelas pirau dari atrium kiri ke kanan. (Bernstein, 2007) Selain itu dapat ditemukan
regurgitasi trikupsid ringan, yang disebabkan oleh dilatasi ventrikel kanan
dan atrium kanan yang meregangkan anulus katup trikuspid. (Park, 2008)
Pasien dengan
DSA tidak selalu menunjukkan kelainan pada pemeriksaan fisis dan hasil elektrokardiogram
yang khas, sehingga diperlukan pemeriksaan ekokardiografi untuk
menunjukkan adanya pirau kiri ke kanan pada DSA. (Christensen,
et al., 2005)
► Tatalaksana Defek Septum Atrium
Penutupan DSA akan
menghilangkan pirau kiri ke kanan yang menyebabkan pengurangan
kerja jantung, mengurangi beban volume atrium dan ventrikel kanan, dan
mengembalikan aliran darah pulmonal ke keadaan yang normal.8 Pilihan tata laksana
penutupan DSA meliputi intervensi pembedahan dan intervensi kardiologi non-bedah. (Madiyono, et al., 2005)
● Pembedahan Defek Septum Atrium
Prosedur pembedahan
dilakukan pada DSA yang memiliki beban volume berlebih pada
ventrikel kanan akibat pirau kiri ke kanan, yang ditunjukkan dengan rasio Qp/Qs
lebih dari 2:1. (Baskett, 2003) Terapi pembedahan tidak hanya
digunakan pada penutupan DSA sekundum,
namun juga pada DSA primum, sinus venosus, atau sinus koronarius.
Defek septum atrium tipe primum dan sinus venosus sering dikaitkan dengan
abnormalitas pembuluh darah pulmonal atau katup atrioventrikular yang memerlukan
terapi pembedahan. (Madiyono, et al., 2005)
Prosedur pembedahan
dilakukan melalui insisi midsternum dengan bantuan
pintasan jantung paru (cardiopulmonary
bypass), dan defek ditutup baik dengan
jahitan sederhana (suture) atau dengan patch. (Park, 2008) Tingkat
efektivitas prosedur pembedahan berkisar antara 90-100%
dan jarang menimbulkan kematian atau
membutuhkan reoperasi.
Angka ketahanan hidup
(survival) pasca pembedahan pada pengamatan jangka panjang
mencapai 98%. Komplikasi yang
sering
terjadi adalah efusi pleura dan aritmia. Prosedur pembedahan memerlukan masa
pemulihan dan perawatan di rumah sakit yang cukup lama, dengan trauma bedah
(luka operasi) dan trauma psikis. (Baskett, et al., 2003)
Saat ini terdapat
metode bedah invasif minimal dengan insisi kulit yang
lebih kecil, biasanya melalui torakotomi anterolateral
kanan dan dilakukan pada pasien perempuan. Metode ini memberikan
hasil kosmetik yang lebih baik dibandingkan dengan bedah konvensional. (Formigari, et al., 2001)
Tindakan pembedahan
sebaiknya dilakukan pada usia di atas 1 tahun dan sebelum
anak masuk sekolah (early childhood),
karena risiko morbiditas dan mortalitas
pembedahan lebih besar saat dewasa. (Bolz, et al., 2005) Apabila
ditunda dapat terjadi penyulit seperti
aritmia, hipertensi pulmonal, prolaps katup mitral, atau regurgitasi trikuspid.
Pasien pasca-bedah tidak memerlukan tindakan profilaksis terhadap endokarditis
infektif. (Bernstein, 2007)
Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Defek Septum Atrium: Patofisiologi, Diagnosis, Tatalaksana, dan Pembedahannya
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/07/defek-septum-atrium.html
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Defek Septum Atrium: Patofisiologi, Diagnosis, Tatalaksana, dan Pembedahannya
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/07/defek-septum-atrium.html