Delirium: Gambaran Klinis, Etiologi, Faktor Risikonya
Credit: Delirium | by havens.michael34 - flickr |
Delirium (acute confusional state) merupakan
kondisi kegawatdaruratan yang sering ditemui dan berpotensi menimbulkan
morbiditas dan mortalitas. Diagnosis delirium sering kali sulit ditegakkan,
karena kondisi ini berada di antara kesadaran penuh (awake) dan stupor. (Yudofsky SC, et al, 2008)
Definisi delirium adalah
awitan akut dari gangguan kognitif dan gangguan kesadaran yang berfluktuasi.
Delirium umumnya terjadi pada lanjut usia dan memiliki morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Para lanjut usia sangat rentan terhadap delirium bahkan
dalam perjalanan penyakit fisik ringan atau sebagai efek samping obat.
Kejadian delirium
pada lanjut usia empat kali lebih tinggi dibandingkan dewasa muda. Delirium
akan mencapai angka tertinggi pada usia diatas 70 tahun. Masalah ini menjadi
fokus perhatian karena meningkatnya biaya perawatan serta dampak yang sangat
besar terhadap penderita delirium.
Selain itu delirium
juga menjadi masalah kesehatan di masyarakat yang cukup signifikan, karena
berhubungan dengan adanya penurunan kognitif dan fungsional bagi penderita,
komplikasi penyakit medis yang dialami, serta meningkatkan
penggunaan sumber dana, tenaga maupun risiko kematian. (Samuels CS, et al, 2005;
Khurana PS, et al., 2002)
Ditemukan pada hasil
penelitian tahun 2004 bahwa pasien lanjut usia yang pernah mengalami delirium
menunjukkan angka kematian dua kali lebih besar, dibandingkan yang tidak
mengalami delirium. (Duppils GS & Wikblad K, 2004) Hal inilah yang mendorong
minat peneliti untuk melakukan upaya deteksi dini delirium pada kelompok lanjut
usia.
Prevalensi delirium
di komunitas orang dewasa terjadi sekitar 1%. Prevalensi delirium pada kasus
gawat darurat 10% dan kasus penyakit terminal 40%. Penelitian lain melaporkan
prevalensi delirium yang berada di rumah sakit sekitar 15%-25%. Di USA sekitar
25-60% pasien perawatan adalah pasien lanjut usia. Tingkat kematian terjadi
sekitar 25-33% pada pasien lanjut usia tersebut. (Leentjens AFG, et al., 2005)
Hal ini menjadi sangat penting karena 48% dari semua hari perawatan di rumah
sakit merupakan kasus delirium lanjut usia.
Berdasarkan statistik
kesehatan USA (1994), jumlah delirium lebih dari 2,3 juta lanjut usia dengan
17,5 juta hari perawatan setiap tahun. Biaya kesehatan yang dikeluarkan sekitar
USD 8 miliar per tahun. Bila lama hari perawatan dari setiap pasien delirium lanjut
usia dikurangi satu hari, maka biaya perawatan dapat dikurangi USD 1-2 milyar
per tahun. Oleh karena itu diagnosis yang cepat dan tepat serta pengelolaan
delirium yang baik, dirasakan sangat diperlukan
Delirium berasal dari
bahasa Latin “deliro—to be crazy”. Delirium adalah suatu sindrom yang
etiologinya tidak khas. Delirium ditandai dengan gangguan kesadaran disertai
dengan gangguan atensi, kognitif, persepsi, daya ingat, perilaku psikomotor,
emosi, dan gangguan siklus tidur yang terjadi secara akut dan fluktuatif. (Samuels
CS, et al., 2005)
Gejala utama dari
delirium adalah gangguan kesadaran atau kebingungan mendadak yang terjadi bersama-sama
dengan perubahan kognitif yang berkembang dengan periode yang sangat singkat
biasanya dalam beberapa jam hingga hari dan cenderung berfluktuasi dalam
periode satu hari. (Samuels CS, et al., 2005)
Para ahli neurologi
ataupun penyakit dalam, lebih cenderung menyatakan bahwa delirium itu suatu acute confusional state, ensefalitis atau
ensefalopati. Beberapa istilah yang digunakan untuk menggambarkan delirium
menyebabkan kebingungan pemahaman kondisi ini. Gambaran delirium juga sering
tersamar dengan gangguan jiwa lainnya. Tabel di bawah memperlihatkan perbedaan
antara delirium dengan diagnosis banding lainnya. (Samuels CS, et al., 2005) Hal
ini penting karena pengenalan dini delirium dapat memperbaiki prognosis. (Yudofsky
SC, et al., 2008)
Tabel Diagnosa Banding Delirium |
Pada pasien demensia,
diagnosis delirium mungkin sulit ditegakkan karena gejala kedua gangguan
tersebut saling bertumpang tindih. Terdapat penelitian yang mencoba untuk
mengidentifikasi gejala spesifik delirium pada pasien demensia. Dari hasil
temuan tersebut dikatakan bahwa pasien demensia yang mengalami delirium lebih
menunjukkan agitasi psikomotor, disorientasi dan pikiran disorganisasi. (Duppils
GS & Wikblad K, 2004)
► Gambaran Klinis Delirium
Kondisi delirium
mengakibatkan kesadaran menjadi berkabut dan kesulitan untuk memberikan
perhatian serta berkonsentrasi. berhalusinasi atau menjadi paranoid dialami
beberapa orang, disebabkan karena kesulitan untuk melakukan interpretasi lingkungan.
Gejala delirium lainnya, dapat dalam bentuk bicara melantur dan pikiran yang
kacau.
Gejala tersebut cenderung
berfluktuatif selama satu periode sepanjang hari. Kebingungan yang terjadi
adalah kebingungan terhadap kejadian atau peristiwa sehari-hari yang merupakan
rutinitas bagi dirinya. Bahkan pada delirium dapat terjadi suatu perubahan
kepribadian. Individu dapat menjadi sangat tenang atau menarik diri, sedangkan
di waktu lain bisa menjadi sangat agitasi. Gangguan juga terjadi pada pola
tidur dan makan penderita delirium.
Penelitian di Belanda
tahun 2005, mengatakan tidak ada bukti bahwa gambaran klinis delirium pada
lanjut usia berbeda dari yang pasien yang lebih muda. Gejala delirium lanjut
usia mungkin lebih persisten dan perjalanan penyakitnya yang lebih kronis. (Duppils
GS & Wikblad K, 2004)
Dalam penelitian yang
dilakukan di USA pada tahun 2007 membagi Delirium menjadi 3 subtipe psikomotor:
hiperaktif, hipoaktif dan campuran. (Han JH, et al., 2007) Delirium dikatakan
sebagai subtipe hiperaktif, bila selama perawatan terdapat 3 gejala atau lebih
sebagai berikut: hypervigilance,
gelisah, bicara cepat dan keras, iritabilitas, agresif, euphoria, tidak
kooperatif, marah, respon motornya cepat, distraktibilitas, mudah terkejut,
tertawa-tawa, bernyanyi, mimpi buruk, sumpah-serampah (swearing), berkeliaran (wandering)
dan tangensial.
Delirium subtipe
hipoaktif adalah apabila selama perawatan terdapat empat gejala atau lebih,
sebagai berikut: penurunan kewaspadaan, pembicaraan lambat dan jarang, letargi,
gerakan melambat, tatapan menerawang (staring),
tidak siaga (unawareness) dan apatis.
Sedangkan delirium subtipe campuran adalah delirium yang memperlihatkan
fluktuasi dari aktivitas menunjukkan gejala hiperaktif. (Han JH, et al., 2007)
Delirium yang sering dilaporkan
adalah subtipe hipoaktif dan campuran. Sedangkan delirium subtipe hiperaktif
memiliki lama perawatan dan mortalitas yang paling rendah dibandingkan subtipe
lainnya setelah diobservasi selama 6 bulan.
► Etiologi Delirium
● Faktor Risiko dan Faktor Presipitasi
Diagnosis delirium
harus berdasarkan penyebab etiologinya. Saat ini tidak ada standar pedoman atau
algoritma untuk tes diagnostik, karena etiologi delirium yang multifaktorial.
Dalam etiologi delirium, dibuat perbedaan antara faktor predisposisi dan presipitasi.
Faktor predisposisi atau risiko membuat individu lebih rentan untuk delirium.
Faktor presipitasi atau pencetus merupakan penyebab somatik langsung dari
delirium. (Duppils GS & Wikblad K., 2004)
Ditemukan pada
penelitian prospektif bahwa faktor risiko delirium yang terpenting adalah bertambahnya
usia dan penurunan kognitif. Pada penelitian tersebut dikatakan pula bahwa
delirium mungkin merupakan indikator pertama dari demensia pada lanjut usia.
Penurunan kognitif tidak hanya merupakan faktor predisposisi untuk delirium,
namun delirium secara independen juga akan memperburuk fungsi kognitif. (Duppils
GS & Wikblad K., 2004)
Dilaporkan pada
penelitian lain bahwa konsentrasi natrium serum yang tinggi, berkurangnya
status kesehatan fisik dan potensi merespon stres merupakan faktor risiko independen
untuk delirium pada pasien pasca operasi hip
fracture. (Leentjens AFG, et al., 2005)
Selain itu
terdapatnya gangguan penglihatan, penyakit fisik yang parah, gangguan kognitif
dan rasio BUN / kreatinin lebih dari 17 akan meningkatkan kemungkinan delirium
pada pasien lanjut usia yang dirawat di rumah sakit. Dinyatakan dalam sebuah
penelitian bahwa faktor presipitasi delirium yang terpenting pada populasi di atas
65 tahun adalah infeksi (43%) dan cerebrovaskular
attack (25%). (Yudofsky S C, et al, 2008) Post operasi coronary artery bypass graft (CABG), adalah faktor presipitasi lain
untuk mengalami delirium. (Duppils GS & Wikblad K., 2004)
Selain itu terdapat
kombinasi dari lima faktor presipitasi terdiri dari penggunaan pengekangan
fisik, kekurangan gizi, penambahan empat atau lebih obat pada hari sebelumnya,
penggunaan kateter kandung kemih dan setiap komplikasi iatrogenik sebagai model
yang valid untuk memprediksi delirium pada pasien lanjut usia selama rawat
inap. Meskipun hampir semua obat dapat menimbulkan delirium, penggunaan obat
dengan sifat antikolinergik merupakan faktor presipitasi yang terdapat pada
pasien lanjut usia. (Yudofsky SC, et al., 2008)
Risiko delirium
direpresentasikan dengan model multi-faktorial yaitu interaksi antara faktor
predisposisi dan presipitasi. Pasien dengan faktor predisposisi berat atau
banyak dapat berkembang menjadi delirium bila berhadapan dengan faktor presipitasi
yang relatif tidak berbahaya, sedangkan pasien dengan kerentanan yang rendah
akan membutuhkan multipel faktor presipitasi yang berbahaya untuk berkembang
menjadi delirium.
Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Delirium: Gambaran Klinis, Etiologi, Faktor Risikonya
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/07/delirium-gambaran-klinis-etiologi.html
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Delirium: Gambaran Klinis, Etiologi, Faktor Risikonya
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/07/delirium-gambaran-klinis-etiologi.html