Infeksi Nosokomial: Pengertian, Jenis, Faktor Risiko, dan Rantai Penularan

Infeksi Nosokomial: Pengertian, Jenis, Faktor Risiko, dan Rantai Penularan


Infeksi Nosokomial

Ruang perawatan di rumah sakit merupakan suatu tempat dimana pasien dirawat dengan berbagai kondisi dan karakteristik penyakit yang berbeda. Banyaknya pasien yang dirawat dalam satu ruangan memungkinkan terjadinya kontak langsung maupun tidak langsung dengan agen penyebab infeksi. Hal ini akan dapat memungkinkan terjadinya infeksi yang dikenal dengan infeksi nosokomial.

Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial bukan merupakan akibat dari infeksi penyakit yang telah diderita sebelumnya. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling berisiko mendapat infeksi nosokomial, karena infeksi yang satu ini dapat menular dari pasien ke petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien ke pengunjung atau keluarga, ataupun dari petugas ke pasien.

Pengertian Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan setelah dirawat 2x24 jam. Menurut WHO, infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapatkan dan berkembang selama pasien di rawat di rumah sakit. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak dalam inkubasi. Infeksi nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit yang telah dideritanya. Beberapa prinsip penting dalam infeksi nosokomial:

•  Penentuan suatu infeksi nosokomial dan atau untuk mengklasifikasinya harus menggabungkan informasi adanya infeksi dari temuan laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain. Bukti klinik dapat di ambil dari observasi langsung pada tempat infeksi atau dari sumber data pasien yang lain seperti rekam medik. Bukti laboratorium dapat berupa hasil biakan kuman, pemeriksaan penunjang lain seperti radiologi, biopsi atau aspirasi.

•  Diagnosis yang dibuat oleh seorang dokter atau dokter bedah yang diambil dari pengamatan saat operasi dilaksanakan, pemeriksaan endoskopi, atau keputusan klinik dapat dipakai kecuali ada bukti lain yang menyatakan sebaliknya (misalnya terjadi kesalahan menulis data pada rekam medis pasien lain, diagnosis presumptif yang kurang memenuhi syarat).

Insidensi Infeksi Nosokomial


Infeksi nosokomial banyak terjadi pada negara-negara berkembang dan negara miskin. Infeksi ini dapat menyebabkan peningkatan angka kematian dan angka kesakitan. Survei prevalensi WHO pada 55 rumah sakit dari 14 negara yang mewakili 4 wilayah WHO (Eropa, Mediterania bagian timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat menunjukkan rata-rata 8,7% pasien mengalami infeksi nosokomial. Frekuensi terbanyak yang mengalami adalah Mediterania bagian barat dan Asia tenggara. Pada kesempatan tersebut teridentifikasi pula lebih dari 1,4 juta orang di dunia mengalami komplikasi infeksi nosokomial.

Penelitian di Ruang PICU dan NICU di Rumah Sakit Barcelona menunjukkan bahwa kejadian infeksi nosokomial di ruang PICU adalah 1,7 infeksi perseratus pasien, di ruang NICU 2,7 infeksi perseratus pasien. Kejadian infeksi yang paling sering terjadi pada kedua ruang rawat tersebut adalah bakterimia dengan mikroorganisme penyebab yang paling sering adalah bakteri gram positif.

Di rumah sakit Ciptomangunkusumo Jakarta berdasarkan surveillance Insiden infeksi nosokomial pada tahun 1999 adalah 1,1%, tahun 2000 0,9%, surveillance ini juga didapatkan jenis infeksi meliputi infeksi kateter, luka operasi, saluran kemih dan saluran pernafasan berkisar 0-5,6%. Menurunnya angka infeksi nosokomial disebabkan kepatuhan perawat dalam menjalankan kewaspadaan umum terhadap infeksi, namun demikian infeksi nosokomial tetap memerlukan perhatian khusus dari petugas layanan kesehatan.

Kriteria Infeksi Nosokomial

Suatu infeksi dikatakan sebagai infeksi nosokomial apabila penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan tanda-tanda klinis infeksi tersebut, pada saat masuk penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa inkubasi dari penyakit tersebut, tanda-tanda klinis dari infeksi tersebut baru akan timbul sekurang-kurangnya setelah 3 x 24 jam sejak mulai perawatan, infeksi tersebut bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya, bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah ada tanda-tanda dari infeksi dan terbukti infeksi didapatkan penderita ketika dirawat di rumah sakit yang sama pada waktu yang lalu serta belum pernah dilaporkan sebagai infeksi nosokomial.

Infeksi dibedakan dengan kolonisasi dan inflamasi. Kolonisasi adalah adanya bakteri di dalam organ tubuh atau bagian permukaan yang tidak menimbulkan akibat klinik lebih lanjut; sedangkan inflamasi atau peradangan adalah keadaan sebagai reaksi jaringan terhadap trauma atau stimulasi benda yang tidak infeksius seperti bahan kimia atau sumber lain.

Jenis Infeksi Nosokomial

Infeksi pada lokasi operasi

Infeksi pada luka operasi sering terjadi dengan angka insidensi 0,5 sampai 15% yang dipengaruhi oleh tipe operasi dan kondisi pasien. Infeksi luka operasi dibedakan menjadi dua yakni luka operasi permukaan yaitu infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah dan meliputi kulit, subkutan, atau jaringan lain di atas fascia. Infeksi yang kedua adalah infeksi luka operasi profunda yakni infeksi yang terjadi setelah 30 hari sampai dengan satu tahun pasca bedah yang meliputi infeksi jaringan bawah fascia.

Operasi dibedakan menjadi empat klasifikasi, yakni:
•   Operasi bersih
Operasi bersih merupakan operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka atau luka yang melibatkan luka steril dan dilakukan dengan memperhatikan prosedur aseptik dan antiseptik. Pada operasi ini saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran perkemihan tidak dibuka.

•  Operasi bersih terkontaminasi
Operasi bersih terkontaminasi adalah operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka atau luka yang melibatkan luka steril dan dilakukan dengan memperhatikan prosedur aseptik dan antiseptik seperti pada operasi bersih namun melibatkan operasi saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran perkemihan atau pemasangan drain.

•  Operasi terkontaminasi
adalah operasi yang dikerjakan dengan ketentuan bahwa daerah dengan luka yang telah terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa benda asing, tidak ada tanda-tanda infeksi namun kontaminasi jelas karena saluran nafas, saluran cerna dan saluran perkemihan terlibat. Termasuk jenis operasi ini adalah tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik dan antiseptik.

•  Operasi kotor
Operasi kotor adalah operasi yang melibatkan daerah dengan luka terbuka yang telah terjadi lebih dari 10 jam yang lalu, luka dengan tanda-tanda klinis dari infeksi ataupun luka pada organ visera. Ke empat jenis luka ini mempunyai risiko yang berbeda-beda. Selain itu risiko terjadinya luka operasi juga dapat disebabkan karena lamanya jaringan terpapar atau lamanya operasi, trauma dan kontaminasi oleh mikroorganisme serta status ketahanan tubuh dari penderita sendiri termasuk juga jumlah dan tipe penyakit yang diderita.

Etiologi luka infeksi pada umumnya disebabkan jenis bakteri dan jamur. Bakteri yang paling sering diisolasi dari infeksi luka operasi adalah Staphylococcus aureus, sedangkan jamur yang paling sering diisolasi adalah Candida albicans dan Rhizopus rhizopodiformis. Faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi nosokomial infeksi luka operasi antara lain adalah jenis kelamin, umur, pemakaian antibiotik dan lama perawatan praoperasi.

Infeksi saluran perkemihan

Infeksi saluran kemih merupakan infeksi yang paling sering dijumpai, 80% infeksi disebabkan karena penggunaan kateter. Infeksi saluran kemih mempunyai risiko yang kecil untuk menyebabkan kesakitan dibandingkan dengan infeksi nosokomial lain, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakterimia dan kematian. Infeksi saluran kemih didefinisikan dengan kriteria mikrobiologis dengan kultur urin positif (≥105 mikroorganisme/ml, dengan maksimum 2 spesies mikroba terisolasi). Faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih adalah pemasangan kateter, kateter dan tube tidak tersambung, saluran ke urin bag tidak lancar karena ada sumbatan, teknik pengambilan specimen yang tidak tepat, terjadi obstruksi aliran urin, terjadi aliran balik ke dalam kandung kemih, cuci tangan yang tidak tepat dan irigasi kateter berulang yang tidak tepat.

Infeksi saluran pernafasan

Pneumonia adalah infeksi nosokomial yang paling sering dijumpai. Pneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Seorang dikatakan menderita pneumonia bila ditemukan kriteria berikut:

•  Untuk dewasa dan anak > 12 bulan
Pada pemeriksaan fisik terdapat ronkhi basah atau pekak (dullness) pada perkusi. Terjadinya perubahan sifat sputum (timbulnya sputum purulen) atau pada biakan terdapat isolasi kuman positif. Pada foto thorax (dada) menunjukkan adanya infiltrat, konsolidasi, kavitasi, efusi pleura baru atau progresif.

•  Untuk anak usia kurang dari 12 bulan
Adanya peningkatan produksi dan sekresi saluran nafas, perubahan sifat sputum, adanya isolasi kuman positif pada biakan darah atau didapatkan dua di antara tiga tanda berikut: apnea, takipnea, bradikardi, mengi, ronki basah. Penggunaan ventilator pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran merupakan penyebab terjadinya infeksi nosokomial. Virus bronkitis dan RSV merupakan penyebab utama infeksi pada anak-anak. Pada kondisi kekebalan tubuh yang menurun Legionella spp dan Aspergillus dapat menjadi penyebab terjadinya pneumonia.

Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya infeksi pada saluran pernafasan adalah ketidakmampuan dalam mengeluarkan sekresi secara adekuat, dan kegagalan dalam penggunaan teknik aseptik selama melakukan penghisapan lendir.

Infeksi aliran darah

Tanda dan gejala infeksi aliran darah adalah pada anak usia lebih dari 12 bulan akan dijumpai adanya demam lebih dari 38oC, menggigil, hipotensi dengan sistolik ≤ 90 mmHg dan oliguri < 20 mL/hari. Pada anak usia kurang dari 12 bulan akan dijumpai tanda demam, apnea dan bradikardi.

Alat-alat invasif yang dipasang diduga sebagai faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi aliran darah. Alat invasif tersebut adalah kateter intravena, kateter central, kateter arteri, ventilasi mekanik, dan kateter urin. Faktor lain adalah kegagalan dalam merawat lokasi insersi jarum, jarum atau set yang terkontaminasi, tidak diketahuinya inflamasi pertama kali terjadi sehingga menjadi infeksi yang lebih lanjut, teknik yang tidak tepat ketika mengambil darah.

Faktor Risiko Infeksi Nosokomial

Usia

Pada periode neonatal, bayi dengan berat badan lahir rendah dan jenis kelamin laki-laki berisiko untuk mendapatkan infeksi nosokomial 1,7 kali dibandingkan dengan wanita.

Jenis kelamin

Pada infeksi saluran kemih ada perbedaan kejadian antara laki-laki dan perempuan karena perempuan secara anatomis memiliki uretra yang lebih pendek dibandingkan dengan laki-laki.

Lama hari rawat

Pasien yang dirawat lebih lama di rumah sakit berisiko mendapatkan infeksi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien dengan lama rawat yang singkat. Semakin lama hari rawat maka akan semakin terpapar terhadap agen patogen dari rumah sakit sehingga infeksi nosokomial pun akan semakin tinggi.

Kelas ruang rawat

Semakin rendah kelas ruang rawat maka semakin rentan pula kemungkinan infeksi nosokomial. Hal ini mungkin disebabkan oleh latar belakang kemampuan ekonomi pasien. Lingkungan rumah sakit yang jelek, seperti kurangnya ventilasi yang memadai, jarak satu pasien dengan pasien yang terlalu dekat, cahaya dengan intensitas yang kurang dapat menjadi sumber infeksi.

Komplikasi dan penyakit penyerta

Pasien di rumah sakit yang mengalami komplikasi dan penyakit penyerta pada umumnya akan mempunyai kondisi umum yang lemah, sehingga lebih mudah terpapar terhadap infeksi.

Penggunaan alat invasi

Penggunaan alat-alat invasif berperan dalam menyebabkan infeksi nosokomial. Semakin lama pemakaian ventilator mekanik, kateter urin, terapi intravena dan infus akan meningkatkan risiko untuk terkena infeksi nosokomial. Tindakan yang berkontribusi terhadap terjadinya infeksi nosokomial di ruang PICU dan NICU antara lain adalah pemasangan kateter arteri umbilical, pemberian nutrisi parenteral dan penggunaan ventilasi mekanik.

Pemakaian antibiotik

Pemakaian antibiotik baik jenis atau jumlah yang irasional tanpa menunggu kultur dapat menyebabkan timbulnya infeksi nosokomial.. Adanya organisme yang patogen yang sudah resisten dengan antibiotik tertentu akan meningkatkan juga risiko terjadinya infeksi nosokomial.

Mikroorganisme

Dari sisi mikroorganisme hal yang harus kita perhatikan adalah virulensi dari organisme yang terkait karena tidak semua organisme akan memberikan akibat yang sama dan juga kolonisasi, dosis infeksi dan sekunder oportunistis pada terapi antibiotik dan rendahnya pertahanan tubuh. Kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan infeksi nosokomial tergantung pada virulensi, ketahanan host dan tempat/lokasi bagian tubuh yang diakibatkan.

Kemampuan suatu mikroorganisme menimbulkan manifestasi klinis terhadap penjamu adalah karena beberapa faktor meliputi:
•  Infeksivitas
Yaitu kemampuan mikroba patogen melakukan invasi, berkembang biak dan menyesuaikan diri, serta bertempat tinggal pada jaringan tubuh penjamu.
•  Patogenitas
Yaitu derajat respon/reaksi penjamu untuk menjadi sakit.
•  Virulensi
Yaitu besarnya kemampuan merusak mikroorganisme patogen terhadap jaringan penjamu.
•  Toksigenitas
Yaitu besarnya kemampuan mikroba patogen menghasilkan toksin yang berpengaruh terhadap perjalanan penyakit.
•  Antigenitas
Yaitu kemampuan mikroba patogen merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh (antibodi) pada diri penjamu.

Rantai Penularan Infeksi Nosokomial

Epidemiologi penyakit infeksi di rumah sakit sangat kompleks dengan berbagai faktor yang unik seperti tatanan rumah sakit sendiri dengan adanya pasien yang suspectible dan berbagai paparan baik dari pasien sendiri, tindakan medis / non medis yang diperolehnya atau bisa dari petugas dan pengunjung rumah sakit serta dari lingkungan rumah sakit.

Organisme penyebab infeksi nosokomial terdiri dari endogenous (autogenus) yang disebabkan oleh flora pasien dan juga exogenous berasal dari transmisi berbagai organisme di luar pasien.

•  Agen penyakit infeksi
Rantai infeksi yang pertama adalah agen berupa mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, serta parasit. Peran mikroorganisme untuk dapat menimbulkan terjadinya infeksi dipengaruhi oleh patogenitas, virulensi dan jumlahnya. Patogenitas adalah kemampuan mikroorganisme untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.

•  Reservoir
Reservoir yang dapat membawa mikroba secara garis besar dibagi 2 yakni inanimate (benda mati) seperti sabun, air, dan peralatan medis, sedangkan Reservoir Manusia, air, larutan, peralatan yang kedua adalah animate (benda hidup) seperti pasien, petugas termasuk perawat, dan pengunjung.

•  Tempat keluar
Pintu keluar kuman dapat berupa saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kulit.

•  Cara penularan
Cara penularan dapat terjadi dengan kontak langsung dan tidak langsung.

•  Tempat masuk
Tempat masuk mikroorganisme pada umumnya saat dengan pintu keluar meliputi lapisan mukosa, luka, saluran cerna, saluran kemih, dan saluran nafas.

•  Penjamu yang rentan
Kepekaan penjamu (host) dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti faktor mekanisme kekebalan tubuh, golongan umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik dan daya tahan tubuh.
PULSA GRATIS!!!

Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?

Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^

Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.

Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-

Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D

Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html

Title : Infeksi Nosokomial: Pengertian, Jenis, Faktor Risiko, dan Rantai Penularan
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2016/12/infeksi-nosokomial.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »