Prostat / BPH: Definisi, Penyebab, Gejala, Pemeriksaan, Pengobatan, dan Pembedahan

Prostat / BPH: Definisi, Penyebab, Gejala, Pemeriksaan, Pengobatan, dan Pembedahan 

Prosat / Benigna Prostatik Hiperplasia

Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) yaitu berupa pembesaran prostat atau hiperplasia prostat. Kelainan kelenjar prostat dapat ditemukan khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. BPH menjadi urutan kedua penyakit gangguan perkemihan setelah batu saluran kemih di Indonesia, 50% dari populasi penderita adalah pria yang berusia di atas 50 tahun dengan angka harapan hidup rata-rata mencapai 65 tahun. Sedangkan 5% pria Indonesia sudah berumur ± 60 tahun. Pasien yang berusia 50 tahun, di antaranya 30% pria berusia 70-80 tahun dan 75% pasien usia lanjut yang berumur lebih dari 80 tahun.

Jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai lebih dari 200 juta orang, jika angka tersebut diinterplasikan dengan angka-angka di negara maju, akan ditemukan jumlah penduduk Indonesia pria ± 100 juta orang dan apabila 60% dapat mencapai usia 60 tahun, maka akan ditemukan 10 juta penduduk berusia di atas 60 tahun. Sehingga apabila 50% menderita BPH, akan ditemukan ± 5 juta jumlah penderita dengan keluhan pembesaran prostat.

Definisi Penyakit Prostat

Penyakit prostat atau hiperplasia prostatik adalah pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa yang majemuk di dalam prostat. Hiperplasia prostat merupakan hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke bagian perifer.

Hyperplasia prostatik menyebabkan sumbatan/obstruksi pada leher kandung kemih sehingga aliran urin dari kandung kemih menuju uretra tersumbat. Hiperplasia prostat ini merupakan hipertrofi prostat jinak. Hipertrofi kelenjar prostat bukan merupakan kelainan prostat yang ganas.

Normal bentuk prostat adalah sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon testosteron, di mana sel-sel kelenjar prostat hormon diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 alfa–reduktase.

Dihidrotestosteron dapat memacu secara langsung mRNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor sehingga dapat memacu pertumbuhan kelenjar prostat. Pertambahan usia menyebabkan perubahan ketidakseimbangan tetstosteron dan esterogen, sehingga menyebabkan sebagian terjadinya konversi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adiposa di perifer. Hal ini memungkinkan perubahan bentuk prostat.

Pria usia lanjut dapat mengalami pembesaran prostat. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjar prostat mengakibatkan terganggunya aliran urin sehingga menimbulkan gangguan miksi.

Penyebab Prostat

Tahap awal pembesaran prostat mengakibatkan resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat serta terjadi pula penebalan otot detruksor. Penonjolan serat detruksor ke dalam kandung kemih dapat berupa; trabekulasi, sakula, dan divertikulum. Penebalan detruksor mengakibatkan kompensasi otot dinding sehingga detruksor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi yang ditunjukkan dengan retensi urin.

Penyebab terjadinya hiperplasia belum diketahui, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging / penuaan. Terdapat beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat antara lain: (1) teori hidrotestosteron, (2) adanya ketidakseimbangan antara esterogen–testosteron (3) interaksi antara sel stoma dan sel epitel prostat, (4) berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan (5) teori steam cell.

Teori hidrotestosteron

Dihidrostestosteron / DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting dalam pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Metabolit ini dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat dengan bantuan enzim 5α-reduktase dan koenzim NADPH DHT. DHT yang terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel prostat.

Selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor dengan menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Kadar DHT pada BPH, tidak jauh berbeda dengan kadar prostat normal, namun pada BPH aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen akan lebih banyak. Akibatnya sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT. Hal ini menyebabkan terjadinya replikasi sel lebih banyak dibandingkan pada prostat normal.

Ketidakseimbangan antara esterogen-testosteron

Kadar testosteron menurun pada usia lanjut, sedangkan kadar esterogen relatif tetap, sehingga perbandingan antara esterogen-testosteron relatif meningkat. Esterogen di dalam kelenjar prostat berperan meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen sehingga mengakibatkan terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat. Esterogen berperan dalam meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat. Masa prostat dapat menjadi lebih besar disebabkan oleh jumlah sel-sel prostat yang ada mempunyai umur yang lebih panjang meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru oleh testosteron menurun.

Interaksi stroma-epitel

Selsel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sehingga sel-sel stroma mensintesis mediator growth factor dan mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakin, autokrin dan parakin. Parakrin merupakan sel-sel epitel yang dipengaruhi oleh sel-sel stroma. Stimulasi ini menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun sel stroma.

Berkurangnya kematian sel prostat

Apoptosis sel prostat adalah mekanisme fisiologik untuk mempertahankan homeostasis kelenjar prostat. Pada apoptosis sel prostat, terjadi kondensasi dan fragmentasi sel. Sel-sel prostat di fagositosis oleh sel-sel sekitar kemudian didegenerasi oleh enzim lisosom. Pada jaringan yang normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dan kematian sel.

Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan jumlah sel-sel prostat mati berada dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat apoptosis menyebabkan jumlah sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan pertambahan massa prostat.

Teori steam cell

Sel-sel baru dibentuk untuk menggantikan sel-sel yang telah apoptosis / mengalami kematian sel. Di dalam kelenjar prostat, steam cell mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung oleh keberadaan hormon androgen. Sehingga jika kadar hormon androgen menurun dapat menyebabkan terjadinya apoptosis sel. Terjadinya proliferasi sel-sel BHP dipostulasikan sebagai kurang efektifnya aktivitas steam cell, sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.

Proses penuaan

Menua adalah suatu proses menghilangnya dengan perlahan-lahan kemampuan jaringan dalam memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas termasuk infeksi serta tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam perilaku organisme sesuai usia. Hal ini mengakibatkan penurunan kemampuan untuk bertahan hidup mengurus diri sendiri secara wajar.

Proses penuaan merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mengganti dan mempertahankan fungsi normal jaringan. Berkurangnya jumlah sel-sel pada organ mempengaruhi efektivitas fungsi ginjal di usia lanjut. Akibatnya terjadi penurunan hormon dan mempengaruhi penurunan kemampuan kapasitas faal ginjal, struktur kinerja saluran kemih dan kandung kemih.

Pada usia lanjut 30-50 % yang berumur 80 tahun memiliki risiko tinggi mengalami gangguan berkemih. Gangguan berkemih yang sering dialami pada usia lanjut antara lain; pembesaran prostat, gangguan aliran berkemih, retensi urin serta inkontinen. Pada usia yang semakin lanjut pembesaran prostat terjadi akibat ketidakseimbangan hormon esterogen-testosteron.

Perubahan keseimbangan testosteron-esterogen akibat penurunan produksi testosteron serta terjadinya konversi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adiposa di perifer, bila diimbangi oleh pertambahan usia seperti pada usia dapat mengakibatkan perubahan makroskopik prostat ke arah patologi anatomi. Hal ini dapat dilihat pada kondisi hiperplasia prostat atau BPH.

Patofisiologi Penyakit Prostat

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan peningkatan intravesikal. Kandung kemih / buli-buli dalam mengeluarkan urin harus berkontraksi lebih kuat melawan tahanan lumen uretra prostatika. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik kandung kemih berupa hipertrofi otot detruksor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan divertikel kandung kemih. Perubahan struktur ini dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS).

Tekanan pada intravesikal yang tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian kandung kemih sampai pada kedua muara ureter. Tekanan pada muara ureter dapat menimbulkan aliran balik urin dari kandung kemih ke ureter sehingga terjadi refluks vesiko-ureter. Refluks vesiko-ureter dapat menyebabkan hidroureter, hidronefrosis, dan pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan fungsi ginjal.

Obstruksi aliran urin oleh benigna hiperplasia prostat tidak hanya disebabkan karena adanya massa prostat, tetapi disebabkan oleh tonus otot polos pada stroma dan leher kandung kemih serta kapsul prostat. Otot ini dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus. BPH mengakibatkan terjadi perbandingan rasio peningkatan komponen stroma dan epitel.

Rasio stroma prostat normal dengan epitel berbanding 2:1, sedangkan pada BPH rasio tersebut meningkat menjadi 4:1. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan tonus otot polos prostat pada BPH dibandingkan dengan tonus otot polos prostat normal. Peningkatan massa prostat menjadi penyebab obstruksi komponen statik pada BPH. Sedangkan peningkatan tonus otot polos akibat stroma menjadi penyebab obstruksi komponen dinamik pada BPH.

Gejala Prostat

Gejala atau manifestasi klinis akibat obstruksi prostat pada saluran kemih antara lain:

Saluran kemih bagian bawah

Keluhan saluran kemih bagian bawah / lower urinary tract symptom (LUTS) terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi antara lain: pancaran miksi lemah, intermiten, miksi tidak puas dan menetes setelah miksi (dribbling). Sedangkan gejala iritatif antara lain: frekuensi, nokturi, urgensi dan disuri.

Gejala obstruksi merupakan ketidakmampuan detruksor berkontraksi kuat dan berkontraksi lama sehingga detruksor hanya menunjukkan kontraksi yang terputus-putus. Gejala iritatif terjadi akibat peningkatan kontraksi kandung kemih saat kandung kemih belum terisi penuh akibat pembesaran prostat yang menstimulus kandung kemih berkontraksi.

Dalam menilai tingkat keparahan dan keluhan saluran kemih bagian bawah pada pasien BPH telah dibuatkan sistem skoring secara subyektif yang dikenal dengan International Prostatic Symptom score (I-PSS) / skor internasional gejala prostat. Sistem skoring ini dianjurkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO. Sistem I-PSS secara subyektif dapat di isi dan di hitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring I – PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan berkemih saluran kemih bagian bawah dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien.

Pertanyaan terkait keluhan berkemih diberi nilai 0 sampai dengan 5, sedangkan keluhan kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 sampai dengan 7. Dari skoring I-PSS dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu: (1) gejala ringan: skor 0-7; (2) gejala sedang: skor 8-19; dan (3) gejala berat: skor 20-35. Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot kandung kemih untuk mengeluarkan urin. Otot kandung kemih yang mengalami kepayahan / fatigue, fase dekompensasi diwujudkan dalam bentuk retensi urin akut.

Timbulnya dekompensasi kandung kemih didahului oleh beberapa faktor pencetus, yaitu: (1) volume kandung kemih tiba-tiba terisi penuh saat cuaca dingin, menahan kencing yang terlalu lama, mengkonsumsi obat-obatan atau minum-minuman yang mengandung diuretikum seperti alkohol dan kopi atau minum air dalam jumlah yang berlebihan; (2) massa prostat tiba-tiba membesar seperti setelah seseorang melakukan aktivitas seksual atau mengalami infeksi prostat akut; (3) setelah mengonsumsi obat-obatan yang dapat menurunkan kontraksi dari otot detruksor serta obat-obatan yang dapat mempersempit leher buli-buli. Obat-obatan ini antara lain golongan antikolinergik atau adrenergik alfa.

Saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat terjadinya obstruksi hiperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas adalah berupa gejala obsruksi, yaitu: nyeri pinggang, hidronefrosis yang ditandai dengan benjolan yang tampak di pinggang, demam akibat infeksi serta urosepsis.

Gejala di luar saluran kemih

Hernia inguinalis atau hemoroid dapat disebabkan seringnya pasien mengejan pada saat miksi, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal. Pada pemeriksaan fisik kandung kemih, saat kandung kemih terisi penuh, diperoleh inspeksi massa kistus di daerah supra simphisis. Sedangkan akibat retensi urin, pada pemeriksaan ini akan didapatkan urin yang selalu menetes dan hal ini tidak disadari oleh pasien. Hal ini menandakan pasien mengalami inkontinen.

Pada colok dubur dilakukan pemeriksaan: (1) refleks bulbo-kavernosus / refleks tonus sfingter ani untuk menyingkirkan adanya kelainan neurogenik buli-buli; (2) keadaan membran mukosa rektum; serta (3) keadaan prostat seperti: adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat, simetri antara lobus dan batas prostat.

Inspeksi massa prostat ditunjukan dengan asimetris batas prostat, teraba adanya nodul dengan konsistensi keras, hal ini dapat mengindikasikan telah terjadinya karsinoma prostat. Pemeriksaan colok dubur dilakukan untuk menunjukkan konsistensi prostat, kesimetrisan antara lobus kanan dan kiri dan ada/tidak adanya nodul. Prostat dengan adenokarsinoma akan didapatkan nodul disekitar prostat, konsistensi prostat teraba keras serta tidak simetrisnya lobus antara kanan dan kiri.

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

Pemeriksaan sedimen urin dimaksudkan untuk mengetahui adanya kemungkinan infeksi atau inflamasi saluran kemih. Bila kemungkinan itu muncul maka dilakukan pemeriksaan kultur urin untuk mengetahui jenis kuman serta menentukan sensitifitas kuman terhadap antimikroba yang diuji. Pemeriksaan faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit saluran kemih bagian atas. Penderita diabetes melitus (DM) yang menderita obstruksi pada aliran urin dapat dicurigai untuk mengalami gangguan neuropati khususnya pada neurogenik buli-buli.

Pemeriksaan kadar penanda tumor atau Prostate Specific Antigen (PSA) dilakukan untuk mengetahui kecurigaan adanya keganasan prostat. PSA adalah suatu protease serin yang dihasilkan oleh epitel prostat dan kelenjar periurethra pria. PSA merupakan tes tunggal untuk kanker dan mempunyai nilai prediksi paling tinggi. Nilai normal PSA adalah < 4 ng/ml. Pada kadar PSA antara 4 ng/ml hingga 10 ng/ml menginterpretasikan samar-samar dan dapat muncul pada keadaan normal atau sering kali pada keadaan prostatik hiperplasia prostat jinak.

Pada kadar PSA > 10 ng/ml menginterpretasikan diagnosa terkait adenokarsinoma prostat. Pengalaman kesalahan yang dilakukan oleh beberapa praktisi urologi terhadap penentuan diagnosa kanker prostat sebesar 50% dengan menggunakan DRE / pemeriksaan rectal toucher. Sehingga PSA merupakan tes tunggal untuk kanker yang mempunyai nilai prediksi paling tinggi.

Kadar PSA akan meningkat sebanding dengan meningkatnya volume prostat secara normal pada rentang umur setelah 30-35 tahun. Identifikasi nilai normal PSA ini terkait rentang umur setelah 30-35 tahun yaitu: umur antara 40-49 tahun: < 2,5 ng/mL, umur antara 50-59 tahun: < 3,5 ng/mL, umur antara 60-69 tahun: < 4,5 ng/mL, dan umur 70-79 tahun: < 6,5 ng/mL. Skrining kanker prostat dilakukan pada pasien BPH dengan menggunakan pemeriksaan rectal toucher / colok dubur dan antigen spesifik prostat / PSA.

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di antaranya:

Foto polos perut

Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih. Batu kalkulosa prostat dapat ditunjukkan melalui bayangan buli-buli yang penuh terisi urin.

Pemeriksaan PIV

Pemeriksaan PIV dapat menerangkan adanya: (1) kelainan pada ginjal maupun ureter seperti pada hidroureter atau hidronefrosis; (2) memperkirakan besarnya kelenjar prostat, ditunjukkan oleh adanya indentasi besar prostat atau ureter di sebelah distal. Besar prostat ditunjukkan seperti mata kail (hooked fish); (3) menunjukkan penyulit yang terjadi di buli-buli seperti adanya trabekulasi, divertikel dan sakulasi buli-buli. Indentasi prostat merupakan pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat.

Pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS)

Pemeriksaan TRUS dimaksudkan untuk; mengetahui volume kelenjar prostat / large or in large prostate, mengetahui besar kelenjar prostat dengan kemungkinan malignansi prostat, menentukan jumlah residual urin dan mencari kelainan lain yang mungkin ada di dalam buli-buli. Biopsi aspirasi prostat setelah pemeriksaan TRUS menunjukKan kejelasan malignansi kelenjar prostat.

Pemeriksaan lain

Ultrasonografi transabdominal mampu mendeteksi adanya hidronefrosis dan kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH kronik. Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diukur dengan cara mengukur:

Residual urin yaitu jumlah sisa urin setelah miksi. Sisa urin dapat dihitung dengan cara melakukan kateterisasi setelah berkemih atau ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah berkemih.

Pancaran urin atau flow rate dihitung secara sederhana dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan lamanya berkemih (ml/dtk). Uroflometri menyajikan laju pancaran urin / flow rate urin melalui gambaran grafik. Uroflometri dapat menunjukkan lama waktu miksi, lama pancaraan dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pancaran maksimum, rata-rata pancaran, maksimum pancaran dan volume urin yang dikeluarkan. Pada BPH pancaran urin menunjukkan pancaran urin yang lemah dan berlangsung lama.

Pengobatan Prostat

Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah:

Memperbaiki keluhan miksi
Meningkatkan kualitas hidup
Mengurangi obstruksi intravesika
Mengembalikan fungsi ginjal
Mengurangi volume residu urin setelah miksi
Mencegah progresifitas penyakit.

Tujuan terapi ini dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan dan tindakan invasif minimal endourologi serta watchfull waiting.

Watchfull waiting

Watchfull waiting merupakan pilihan terapi pada pasien BPH dengan skor I-PSS dibawah 7. Terapi ditujukan pada pasien dengan keluhan ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan penjelasan mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhannya.

Penjelasan yang diberikan terkait: (1) pasien dianjurkan untuk tidak mengonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam; (2) pasien dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih seperti kopi dan cokelat; (3) pasien dianjurkan untuk membatasi penggunaan obat-obatan yang mengandung fenilpropanolamin seperti obat influenza; (4) pasien dianjurkan untuk mengurangi makanan pedas dan asin; dan (5) pasien dianjurkan untuk tidak menahan kencing terlalu lama.

Pasien secara periodik dianjurkan mengontrol keluhan, sehingga memungkinkan terapis dapat mengambil tindakan segera jika keluhan yang dirasakan pasien bertambah buruk.

Medikamentosa

Tujuan terapi ini adalah berusaha untuk: (1) mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik melalui obat-obatan penghambat adrenergik alfa / adrenergik alfa blocker; (2) mengurangi volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar hormon testosteron / dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5α- reduktase.

Penghambat reseptor adrenergik alfa
Obat penghambat reseptor adrenergik-α mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi. Obat golongan reseptor adrenergik-α2 blocker, golongan reseptor adrenergik-α1 blocker dan golongan reseptor adrenergik-α1 A blocker digunakan sebagai penghambat reseptor adrenergik-α. Golongan reseptor adrenergik-α2 bloker, fenoksibenzamin menyebabkan komplikasi sistemik yang tidak diharapkan seperti hipotensi pascaural dan kelainan kardiovaskuler.

Beberapa golongan reseptor adrenergik-α1 blocker seperti: prozosin terazosin, afluzosin dan doksazosin mampu memperbaiki laju pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi tanpa menimbulkan komplikasi sistemik. Tamsulosin merupakan obat golongan reseptor adrenergik-α1 A blocker memiliki sifat sangat selektif terhadap otot polos. Obat golongan ini memperbaiki pancaran miksi tanpa menimbulkan efek terhadap tekanan darah/denyut
jantung.

Penghambat 5α-reduktase
Penghambat 5α-reduktase bekerja menghambat pembentukan dihidrotestosteron dari testosteron yang dikatalisis oleh enzim 5α-reduktase di dalam sel prostat. DHT akan menurun dan mengakibatkan penurunan sintesis protein serta replikasi sel-sel prostat. Finasteride merupakan obat penghambat 5α-reduktase. Obat ini memperbaiki keluhan miksi dan pancaran miksi dan menyebabkan penurunan prostat hingga 28%.

Fitofarmaka
Fitofarmaka merupakan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu yang digunakan sebagai obat untuk memperbaiki gejala akibat obtruksi prostat. Obat-obat fitoterapi bekerja sebagai: anti esterogen, anti androgen, menurunkan kadar sex hormon binding globulin (SHBG), inhibisi basic fibroblast growth factor (bFGF), dan epidermal growth factor (EGF), mengganggu metabolisme prostaglandin, efek anti inflamasi, menurunkan outflow resistance dan memperkecil volume prostat.

Pembedahan Prostat

Kriteria pembedahan pada pasien BPH antara lain: (1) tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa; (2) mengalami retensi urin; (3) infeksi saluran kemih berulang; (4) hematuria; (5) gagal ginjal; dan (6) timbulnya batu saluran kemih atau obstruksi saluran kemih bagian bawah.

Pembedahan yang dilakukan antara lain dengan cara: operasi terbuka, reseksi prostat transurethra (TURP) dan insisi prostat transurethra (TUIP).

Pembedahan terbuka

Prostatektomi terbuka dilakukan melalui pendekatan suprapubik transvesika atau transperineal dan retropubik intravesikal.

Prostatektomi suprapubik
Salah satu metode mengangkat kelenjar prostat melalui insisi abdomen. Insisi dibuat sampai ke dalam kandung kemih, sehingga kelenjar prostat dapat diangkat.

Prostatektomi perineal
Prosedur ini mengangkat kelenjar prostat melalui suatu insisi dalam perineum. Prosedur ini sangat berguna untuk biopsi terbuka.

Prostatektomi retropubik
Prostatektomi retropubik merupakan prosedur pembedahan dengan membuat insisi abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Prosedur ini digunakan untuk kelenjar prostat yang besar dan terletak tinggi dalam pubis.

Prostatektomi terbuka dianjurkan untuk prostat > 100 gram. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka antara lain: inkontinen urin 3%, impotensi 5-10%, ejakulasi retrograd 60-80%, dan kontraktur leher buli-buli 3-5%. Perbaikan gejala klinis setelah prostatektomi sebesar 85-100% dengan angka mortalitas sebesar 2%. Striktur urethra dan ejakulasi retrograd lebih banyak dijumpai pada prostatektomi terbuka.

Reseksi prostat transurethra

Reseksi transurethral prostat (TUR atau TURP) adalah prosedur pembedahan melalui endoskopi. Prosedur ini dilakukan dengan memasukkan instrumen bedah dan optikal secara langsung melalui uretra ke dalam prostat, kemudian secara langsung kelenjar prostat dapat dilihat. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil melalui loop pemotong listrik. Prosedur ini, tidak memerlukan insisi, dan digunakan untuk kelenjar dengan ukuran yang beragam. Ideal bagi pasien yang mempunyai kelenjar kecil akan sangat dipertimbangkan jika mempunyai risiko bedah yang buruk. Pendekatan ini mempersingkat lama hari rawat.

Insisi prostat transurethra


Insisi prostat transurethra (TUIP) adalah prosedur dengan memasukkan instrumen melalui uretra. Insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi tekanan prostat pada uretra serta mengurangi konstriksi uretra. TUIP diindikasikan pada kelenjar prostat yang berukuran ≤ 30 gram.
PULSA GRATIS!!!

Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?

Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^

Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.

Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-

Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D

Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html

Title : Prostat / BPH: Definisi, Penyebab, Gejala, Pemeriksaan, Pengobatan, dan Pembedahan
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2016/12/prostat-bph-definisi-penyebab-gejala.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »