Bladder Training: Latihan Mengontrol Urin
Ada beberapa bentuk dalam perubahan eliminasi urin, sehingga dalam
penatalaksanaannya diperlukan pemilihan program latihan yang sesuai, agar bladder rehabilitation dapat dilaksanakan
dengan maksimal dan dengan hasil yang maksimal juga.
► Pengertian Bladder Training
Bladder
training merupakan latihan yang dilakukan pada kandung kemih dengan melakukan
pengontrolan dalam pengeluaran urin. Bladder training merupakan bentuk dari
rehabilitasi kandung kemih dalam mengatasi masalah inkontinensia urin. Pada
pasien yang menggunakan kateter, tindakan bladder training ini juga dilakukan
selama kateter urin terpasang sebagai persiapan dalam melatih kandung kemih
sebelum kateter dilepaskan. Bladder training yang ideal adalah dilakukan sejak
kateter dipasang dan selama kateter urin ini terpasang.
► Tujuan Bladder Training
Tujuan
bladder training adalah secara bertahap meningkatkan interval antar waktu
pengosongan ataupun mengurangi frekuensi berkemih selama terjaga sampai dengan
waktu tidur. Tujuan bladder training secara keseluruhan adalah untuk
mengembalikan pola berkemih pasien agar kembali normal.
Bagi
pasien yang terpasang kateter, selama kateter urin terpasang maka detrusor
kandung kemih tidak bekerja optimal dalam mengosongkan kandung kemih, karena
tugasnya digantikan oleh kateter. Kondisi ini disebut dengan instabilitas / disabilitas
detrusor pasca kateterisasi, dan dengan tindakan bladder training diharapkan
dapat meminimalkan kondisi instabilitas detrusor. Dengan program bladder Training,
pasien dibantu dalam belajar menahan atau menghambat sensasi urgensi, menunda
untuk mengeluarkan urin dan berkemih sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
► Indikasi Bladder Training
Bladder
rehabilitation dilakukan pada pasien yang mengalami perubahan eliminasi urin,
retensi urin dan inkontinensia urin atau pada pasien yang terpasang kateter urin.
Manajemen perubahan eliminasi urin yang sesuai untuk pasien stroke yang mengalami
urge incontinence, adalah dengan penjadwalan berkemih dan bladder training
setiap 2 jam. Sedangkan pada pasien stroke dengan retensi urin dapat dilakukan
kateterisasi intermiten dan penjadwalan berkemih.
Pasien
yang menggunakan kateter indwelling menetap harus dipersiapkan terlebih dahulu
sebelum kateter dilepas, agar pasien tidak mengalami hilangnya sensasi miksi,
atrofi dan penurunan otot kandung kemih. Pasien yang menggunakan kateter
indwelling merupakan pasien yang benar-benar membutuhkannya, karena adanya efek
samping pemakaian seperti infeksi dan disabilitas detrusor sehingga pasien
tidak mampu mengosongkan kandung kemih secara tuntas.
► Pelaksanaan Bladder Training
Pelaksanaan
bladder training untuk pasien yang menggunakan kateter indwelling ataupun
bladder training tanpa kateter, dari hasil penelusuran literatur menunjukkan
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk bladder training, yaitu :
● Cara
pelaksanaan blader training I
Bladder
training diawali dengan pengkajian pola berkemih pasien sebelum sakit oleh
perawat. Selanjutnya perawat membuat rencana bladder training untuk pasien
untuk kurun waktu 2 minggu. Bladder training dimulai sejak bangun tidur sampai
mulai tidur dengan pola berkemih dibuat setiap 2 jam sekali pasien diminta
untuk berkemih dan setiap 4 jam pada saat malam hari (sesuai dengan kebutuhan
pasien). Tindakan ini menyebabkan distensi kandung kemih dan menstimulasi otot
kandung kemih.
● Cara
pelaksanaan blader training II
Tindakan
rehabilitasi kandung kemih pada pasien yang menggunakan kateter, bladder training
seharusnya dilakukan sejak pemasangan kateter, sehingga otot-otot detrusor ini
tetap terlatih dalam merasakan kandung kemih yang mulai penuh (otot meregang) dan
akan kosong ketika telah dikeluarkan (otot relaksasi). Metode ini disebutkan sebagai
“clamp and release”, yang berarti kateter dilakukan pemasangan klem untuk satu
periode waktu dan kemudian klem dilepas sehingga kandung kemih menjadi kosong.
Diharapkan
dengan dipasang klem pada kateter ini maka pasien akan dapat merasakan kandung
kemihnya menjadi penuh, sehingga memunculkan keinginan untuk mengeluarkan
kencingnya. Hendaknya metode ini secara rutin dilakukan sebelum kateter dilepas
agar sistem detrusor pasien terus bekerja. Dalam praktiknya, tindakan berhasil
dilakukan dalam waktu singkat untuk kembali ke kemampuan pengeluaran normal
hanya pada periode waktu kateterisasi yang pendek yaitu sampai 6 hari.
Jika
ada keragu-raguan terhadap kemampuan pasien dalam mengosongkan kandung kemih
setelah kateter dilepas, maka residu urin setelah waktu pengosongan dapat dibuktikan
dengan menggunakan ultrasound.
● Cara
pelaksanaan blader training III
Bladder
training dengan metode yang dilakukan dengan melepas kateter urin terlebih
dahulu. Kemudian pasien dijadwalkan untuk berkemih setiap 2 sampai 3 jam. Pada
waktu yang telah ditentukan, pasien diminta untuk berkemih. Setelah pasien
berkemih, kandung kemih pasien dipindai atau scanning dengan USG kandung kemih
portable. Jika terdapat 100 ml atau lebih urin yang tersisa dalam kandung
kemih, maka kateter intermiten dipasang untuk mengeluarkan urin tersebut.
Setelah
beberapa hari, saraf di kandung kemih akan bekerja dalam pengisian dan
pengosongan kandung kemih dan kandung kemih dapat kembali normal. Jika
kateterisasi dalam jangka waktu lama, maka bladder training juga perlu waktu
yang lebih lama. Pada beberapa kasus, fungsi kandung kemih tidak pernah kembali
normal. Jika hal ini terjadi, kateterisasi intermiten jangka panjang mungkin
perlu dilakukan.
► Evaluasi Bladder training
Keberhasilan
bladder training dapat dievaluasi dengan menggunakan Ultrasound atau USG
kandung kemih atau bisa juga disebut sebagai bladder scan. Alat ini merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan mengosongkan kandung
kemih dengan melakukan pengecekan volume residu urin setelah waktu pengosongan
(post-void residual/PVR).
Tindakan
ini biasanya dilakukan pada pasien dengan suspek retensi urin dan juga pasien
dengan 3 kondisi gangguan kandung kemih yang sering ditemui di rumah perawatan:
inkontinensia urin, retensi urin dan infeksi saluran kemih. Direkomendasikan
juga bahwa bladder scan untuk digunakan dalam evaluasi fungsi kandung kemih,
karena teknologi ini lebih mudah digunakan dan tidak menggunakan alat invasif
seperti kateter.
Bladder
scan ini ada yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang terdapat layar monitor
yang menampilkan jumlah residu urin dan scan head, juga ada yang scan head yang
langsung ada layar monitornya. Gambaran secara lebih lengkap tentang alat ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Penggunaan bladder scan juga
direkomendasikan dalam melakukan penilaian kapasitas optimal kandung kemih, Trial without catheter infection (TWOC),
diagnosis tipe inkontinensia, ataupun untuk evaluasi volume residu setelah
waktu pengosongan kandung kemih.
Indikasi
untuk pemakaian bladder scan adalah pada pasien dengan risiko adanya retensi
urin, pasien setelah pelepasan kateter folley indwelling, pasien setelah pelepasan
kateter suprapubik, pasien dengan kemungkinan obstruksi saluran kemih, pasien
setelah anestesi spinal / epidural / general, pasien
postoperatif, pasien yang menjalani bladder training serta pasien setelah
stroke.
Keuntungan
menggunakan bladder scan adalah : mengurangi kateterisasi yang tidak perlu,
mampu langsung mengetahui adanya retensi urin, membutuhkan waktu yang lebih
sedikit dibandingkan memasang kateter, meminimalkan risiko infeksi saluran kemih,
bersifat noninvasif, mudah digunakan dan dapat menghemat waktu.
Penggunaan
bladder scan harus memperhatikan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi keakuratan
pengukuran. Faktor-faktor tersebut adalah : obesitas, gel ultrasound yang tidak
adekuat, pergerakan selama proses scan, adanya kateter indwelling dalam uretra,
jaringan parut/insisi/sambungan/staples mempengaruhi transmisi dan refleksi ultrasound
(perawat harus melakukan dengan teliti saat melakukan scanning pada pasien yang
pernah mengalami operasi suprabubik atau pelvis).
Evaluasi dengan ultrasonogram
ini sebaiknya dilakukan segera setelah pasien berkemih (dalam 5 menit). Jika
residu urin menunjukkan angka <100 ml, maka postvoid residual (PVR) ini
harus dievaluasi dalam 1-2 minggu setelah kateter dilepas. Ini untuk meyakinkan
tidak ada perkembangan tanda-tanda terjadinya retensi, frekuensi, pengeluaran
urin yang sedikit, atau sensasi berkemih yang tidak tuntas. Jika urin residu
menunjukkan angka 100-400 ml, maka dalam 4-6 jam urin tersebut tidak dapat
dikeluarkan oleh pasien secara mandiri, maka kateter sebaiknya dipasang lagi
atau dengan penggunaan kateter intermiten bersih atau steril.
► Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Bladder Training
Tindakan
bladder training dapat dilaksanakan dengan baik dan akan memperoleh hasil yang
maksimal dengan memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan
bladder training, yaitu: intake cairan, kemampuan pengontrolan sistem saraf
dalam perkemihan, kemampuan ginjal dalam ekskresi urin, usia, kesiapan pasien sebelum
bladder training dan jenis kelamin.
● Intake cairan
Salah
satu hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bladder training adalah intake/masukan
cairan yang cukup. Intake cairan antara 2000-2600 ml air per hari
direkomendasikan untuk memberikan hidrasi yang cukup dan membuat kandung kemih
meregang secara normal sehingga refleks kontraksi dapat terjadi. Masukan atau
intake cairan yang cukup akan menghasilkan urin yang cukup pula untuk
menstimulasi kandung kemih agar dikosongkan setiap dua jam atau sesuai rencana.
Minuman,
makanan dan setiap cairan yang masuk ke tubuh melalui oral termasuk sebagai
intake cairan. Cairan infus masuk melalui pembuluh darah pasien juga dihitung
sebagai intake cairan pasien. Pasien perlu didorong untuk minum lebih banyak
pada siang hari dan mengurangi minum pada malam hari. Selain itu selama bladder
training pasien perlu menghindari minuman dengan efek diuretik seperti kopi,
teh, cola, dan alkohol karena dapat mengiritasi kandung kemih.
● Kemampuan pengontrolan saraf
perkemihan
Pengosongan
kandung kemih berkaitan erat dengan refleks spinal yang diatur oleh sistem
saraf pusat (otak, batang otak dan saraf spinal) dalam koordinasi fungsi kandung
kemih dan uretra. Kandung kemih dan uretra terdapat tiga persarafan perifer
yang berasal dari sistem saraf otonom dan sistem saraf somatik.
● Kemampuan Ginjal dalam
Filtrasi
Ginjal
sebagai organ yang menghasilkan urin juga dapat berpengaruh dalam keberhasilan
bladder training. Hal ini dikarenakan produksi urin yang dihasilkan oleh ginjal
dan masuk ke dalam kandung kemih, akan menimbulkan sensasi kandung kemih yang
penuh dan dilanjutkan dengan proses transmisi ke sistem saraf pusat sehingga
keinginan untuk berkemih muncul.
Urin
diproduksi di ginjal relatif konstan, sekitar 1 ml/menit, tapi dapat bervariasi
dari 0,5 sampai 20 ml/menit. Sfingter internal di leher kandung kemih normalnya
berkontraksi, dan menjadi relaksasi ketika otot kandung kemih berkontraksi.
Sensasi penuhnya kandung kemih ditransmisi ke sistem saraf pusat ketika kandung
kemih berisi 200-300 ml urin, dan mulai timbul keinginan untuk berkemih.
Ketika
kandung kemih berisi urin sebanyak 350 ml atau lebih (kapasitas fungsional),
maka keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Kandung kemih orang dewasa secara
normal dapat menampung urin kurang lebih 300-600 ml. Berkemih normalnya terjadi
6-8 kali dalam 24 jam dengan jumlah urin 1000-1500 ml.
Oleh
karena itu perlu dilakukan observasi warna, jumlah dan kosistensi urin di dalam
kantong urin yang tersambung ke kateter urin pasien sebelum bladder training
dilakukan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada gangguan dalam sistem
perkemihan pasien yang akan menjalani bladder training.
● Usia
Perubahan
struktural dan fungsional kandung kemih pada usia lanjut dapat menghambat
pengosongan kandung kemih secara sempurna. Penyebab dari kondisi ini adalah
karena dengan penambahan usia, anatomi kandung kemih menjadi semakin corong,
yang merupakan hasil dari adanya perubahan pada connective tissue dan otot
panggul yang melemah.
Kandung
kemih pun menjadi semakin irritable, sehingga menambah urgency dalam berkemih.
Otot detrusor juga menjadi lebih sulit memanjang sehingga terjadi penurunan
kontraktilitas kandung kemih dan kapasitas kandung kemih berkurang. Kelemahan
otot juga dipengaruhi oleh penurunan hormon estrogen.
● Jenis Kelamin
Jenis
kelamin merupakan faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil bladder training.
Pengaturan serabut detrusor pada daerah leher kandung kemih berbeda pada
laki-laki dan perempuan. Secara anatomis laki-laki mempunyai distribusi serabut
yang sirkuler dan serabut tersebut membentuk suatu sfingter leher kandung kemih
yang efektif untuk mencegah terjadinya ejakulasi retrograd.
Sfingter
uretra (rhabdosphincter) terdiri dari serabut otot lurik berbentuk sirkuler,
yang pada laki-laki rhabdosphincter terletak tepat di depan distal prostat,
sedangkan pada wanita mengelilingi hampir seluruh uretra. Rhabdosphincter
secara anatomis berbeda dari otot-otot yang membentuk dasar pelvis. Perbedaan
struktural ini kemungkinan dapat mempengaruhi efektivitas bladder training yang
dilakukan.
Selain
itu wanita yang mengalami penurunan hormon estrogen yang berpengaruh pada
kelemahan otot, kondisi hormon estrogen pada wanita yang sudah berkurang dapat
mempengaruhi terjadinya kelemahan pada otot-otot detrusor. Pembesaran kelenjar
prostat pada laki-laki juga dapat menghambat proses pengosongan kandung kemih.
► Kesiapan Pasien sebelum
Bladder Training
Pasien
yang akan menjalani bladder training terlebih dahulu diberitahu dan dijelaskan
tujuan dan prosedurnya, agar pasien dapat berpartisipasi aktif, sehingga perlu
dikaji kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Perlu dikaji pula kemampuan
berbicara verbal dan kemampuan baca tulis pasien untuk membantu kelancaran dan
kesuksesan pelaksanaan bladder training.
Kemampuan
kognitif dan afektif pasien yang baik serta didukung oleh kemampuan
berkomunikasi yang baik, pasien diharapkan dapat menerima penjelasan mengenai
program bladder training yang akan dilaksanakan dan pasien dapat menyampaikan
keadaannya ataupun keinginannya dalam berkemih pada saat dilaksanakan program
bladder training.
Pasien
yang memiliki keterbatasan fisik, perlu adanya dukungan dari anggota keluarga
pasien dalam pelaksanaan bladder training. Tindakan bladder training ditujukan
pada pasien yang memiliki kemampuan kognitif dan dapat berpartisipasi secara
aktif.
Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Bladder Training: Latihan Mengontrol Urin
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/01/bladder-training-latihan-mengontrol-urin.html
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Bladder Training: Latihan Mengontrol Urin
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/01/bladder-training-latihan-mengontrol-urin.html
2 komentar
komentarassalamualaykum, kak.. mohon bantuannya untuk daftar pustakanya, yaa.. terimakasih sudah posting artikel ini. :)
Replyemail: dwi.refa96@gmail.com