Air Susu Ibu (ASI): Nilai Gizi dan Kandungan Protektifnya

Air Susu Ibu (ASI): Nilai Gizi dan Kandungan Protektifnya

Kandungan dan Gizi ASI
Credit: commons(dot)wikimedia(dot)org


Nutrisi merupakan faktor kunci untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan selama siklus kehidupan manusia. Dalam rangka pemberian nutrisi yang berkualitas pada bayi, WHO telah menetapkan kebijakan Global Strategy on Infant and Young Child Feeding. Isi kebijakan tersebut adalah mengenai standar emas pemberian makanan pada bayi.

Standar emas pemberian makanan pada bayi adalah inisiasi menyusu dini (IMD) segera setelah bayi lahir, pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu bayi hanya diberikan ASI saja tanpa makanan dan minuman tambahan kecuali obat, vitamin, dan mineral tambahan; memberikan makanan pendamping ASI dengan makanan keluarga setelah bayi berusia 6 bulan; dan pemberian ASI diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun. (Perry, et al., 2010)

Menurut Reeder, et al. (2003), pemberian nutrisi pada bayi bukan hanya “pengisian nutrisi” tetapi juga merupakan “interaksi sosial, psikologis dan pendidikan.” Orang tua tidak hanya memperhatikan nilai gizi nutrisi saja ketika memberi makan bayi, tetapi juga memperhatikan bagaimana memberi kedekatan psikologis, melakukan interaksi dan memberikan pendidikan pada bayi. Bayi yang disusui ibunya dengan ASI akan mendapatkan manfaat dari segi nilai gizi, interaksi sosial, psikologis maupun pendidikan.

Dari segi nilai gizi, ASI mengandung nilai gizi yang sesuai untuk bayi. Bayi yang disusui oleh ibunya akan mendapatkan kecukupan gizi untuk tumbuh kembangnya. Dari segi interaksi sosial, bayi akan dekat dengan ibunya ketika ibu menyusui. Sedangkan dari segi psikologis dan pendidikan, bayi yang diberi ASI akan lebih percaya diri dan cerdas (Pillitteri, 2007).

Nilai Gizi ASI


ASI memiliki nilai gizi yang sangat banyak. Komponen gizi ASI berbeda-beda menyesuaikan umur bayi. Bahkan komponen ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan bayi matur. Demikian pula dengan komponen ASI yang tersimpan di alveoli dan yang disekresi saat menyusui. Komponen ASI yang tersimpan di alveoli dan dikeluarkan pada permulaan menyusui lebih encer dan rendah lemak (Perry, et al., 2010).

Komponen ASI yang tersimpan di alveoli disebut dengan foremilk. Foremilk memiliki kadar lemak rendah tetapi kadar proteinnya tinggi. Sedangkan komponen ASI yang disekresi selama menyusui disebut dengan hindmilk. Hindmilk memiliki kadar lemak dan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan foremilk (Perinasia 2010).

Secara garis besar komponen ASI dapat dijelaskan pada paparan di bawah:

Lemak pada ASI


Menurut Perry, et al. (2010) ASI mengandung kadar lemak sekitar 3,5-4,5%. Lemak ASI mudah diserap oleh bayi dibandingkan susu formula karena trigliserida pada ASI terlebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat pada ASI (Perinasia 2010). (baca tentang enzim)

Pada susu formula tidak mengandung enzim lipase. ASI juga mengandung asam lemak esensial seperti asam linoleat (omega 6) dan asam linolenat (omega 3). Omega 3 adalah pembentuk asam lemak tidak jenuh rantai panjang atau docosahexaenoid acid (DHA), sedangkan omega 6 adalah pembentuk arachidonic acid (AA). DHA dan AA mempunyai fungsi penting untuk pertumbuhan otak dan menjaga integritas kulit, sehingga bayi yang diberi ASI mempunyai kecerdasan lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan ASI (Pilliteri, 2007).

Karbohidrat pada ASI


Bayi mendapatkan sumber energi dari laktosa. ASI mengandung laktosa sebagai komponen utama dari unsur karbohidrat dengan jumlah sekitar 75 gram/liter. Laktosa adalah karbohidrat yang mudah dicerna oleh tubuh. Laktosa mudah diurai menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang terdapat pada mukosa saluran pencernaan manusia sejak lahir. (baca tentang sistem pencernaan)

Fungsi laktosa adalah sebagai sumber kalori dan mempertinggi absorbsi kalsium serta merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus yang merupakan bakteri baik untuk bayi (Perry, et al., 2010).

Protein pada ASI


Protein dibutuhkan bayi baru lahir untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kadar protein ASI sebesar 0.9%, 60% adalah jenis whey atau laktalbumin. Whey adalah protein yang mudah dicerna dibandingkan kasein yang lebih banyak terdapat pada susu formula. Di samping whey, ASI juga mengandung sistin dan taurin. (Pilliteri, 2007).

Garam dan Mineral pada ASI


Ginjal neonatus belum dapat mengkonsentrasikan air kemih dengan baik, sehingga diperlukan nutrisi dengan kadar garam dan mineral rendah. ASI mengandung garam dan mineral lebih rendah dibandingkan susu sapi dan susu formula. Kadar garam dan mineral yang rendah menguntungkan kerja ginjal bayi baru lahir sehingga tidak bekerja keras untuk mengekskresikannya. Hal tersebut menguntungkan sistem ginjal bayi yang belum matur.

Dilihat dari kadar kalsium ASI dan susu sapi, kadar kalsium susu sapi lebih tinggi dibandingkan ASI, tetapi kadar fosfornya jauh lebih tinggi sehingga mengganggu penyerapan kalsium oleh tubuh. Bayi yang diberikan susu formula dapat menyebabkan tetani/kejang otot karena hipokalsemia (Perry, et al., 2010).

Dilihat dari kandungan zat besi, ASI dan susu sapi mengandung kadar zat besi yang tidak terlalu tinggi. Kadar zat besi ASI sebanyak 0.1 mg dan kadar zat besi susu sapi 0.1 mg. Tetapi kadar zat besi ASI lebih mudah diserap tubuh bayi dibandingkan susu formula atau susu sapi.

Zat besi ASI diserap tubuh bayi dibantu laktosa dan vitamin C yang juga terdapat pada ASI. Bayi yang diberi ASI eksklusif dapat memenuhi kebutuhan zat besi tubuh selama 6 bulan. Setelah 6 bulan kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dari tambahan makanan yang dikonsumsi bayi (Perinasia, 2010).

ASI mengandung seng dalam jumlah yang sesuai untuk kebutuhan bayi. Kadar seng dalam ASI sebesar 0.15 mg. Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan seng tubuh bayi. Seng diperlukan bayi untuk memperlancar proses metabolisme, membangun sistem imunitas bayi, dan mencegah penyakit tertentu seperti akrodermatitis enteropatika (Perinasia 2010).

Vitamin pada ASI


ASI cukup mengandung vitamin A, C, D, E, K, tiamin, riboflavin, dan niasin yang diperlukan bayi. Khusus untuk vitamin D dan E banyak terdapat pada kolostrum dan berguna untuk pertumbuhan tulang. Sedangkan vitamin K berguna untuk katalisator proses pembekuan darah. Hal ini sangat menolong bayi karena bayi terhindar dari kemungkinan perdarahan karena proses traumatik pada saat persalinan atau tindakan invasif pada bayi (Reeder, et al., 2003).

Kandungan Zat Protektif ASI


Bayi baru lahir membutuhkan zat protektif untuk mempertahankan kesehatan dan menghindari penyakit. Zat protektif tersebut dapat diperoleh dari ASI karena ASI mengandung laktobasiIlus bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4, faktor antistreptokokus, antibodi dan imunitas selular yang dibutuhkan bayi sebagai zat protektif (Perinasia, 2010).

Menurut Perinasia (2010), ASI mengandung laktobasilus bifidus. Laktobasilus bifidus merupakan zat protektif yang hanya terdapat pada ASI dan tidak terdapat pada susu mamalia lainnya. Laktobasilus bifidus berguna untuk mencegah kolonisasi bakteri patogenik dan mengubah laktosa menjadi asam laktat dan asam asetat.

Keasaman asam laktat dan asam asetat dapat menghambat pertumbuhan bakteri Eschericia coli pada saluran cerna, yang merupakan bakteri penyebab diare. Dengan demikian, bayi yang diberi ASI resiko terjadinya diare lebih rendah dibandingkan dengan yang diberi susu formula (Pilliteri, 2007).

Konsentrasi laktoferin pada ASI digunakan tubuh bayi untuk mencegah dari agen penyakit penyebab diare, jamur kandida maupun infeksi saluran pernafasan. Kadar pada ASI sebesar 100 mg/100 ml. Konsentrasi tersebut tertinggi di antara semua cairan biologis.

Laktoferin adalah protein yang berikatan dengan zat besi. Ikatan laktoferin dan zat besi bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan kuman patogen tertentu seperti stafilokokkus dan Eschericia coli, serta dapat menghambat pertumbuhan jamur kandida. Manfaat tersebut menguntungkan bayi karena dapat menghindari bayi dari penyakit diare, jamur kandida maupun infeksi saluran pernafasan (Perry, et al., 2010).

Zat protektif lisozim berguna untuk menyerang bakteri Eschericia coli dan sebagian bakteri golongan salmonella. Konsentrasi lisozim dalam ASI sebesar 400µg/ml. Lisozim adalah enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan antiinflamatoriLisozim juga merupakan zat protektif yang unik, karena kadar lisozim setelah 6 bulan usia bayi justru naik, padahal zat aktif lain menurun. Keadaan ini menguntungkan bayi karena setelah 6 bulan bayi akan mendapatkan makanan padat (Perinasia, 2010).

Komplemen C3 dan C4 pada ASI berguna untuk menyerang kuman patogen dan melumpuhkan kuman. Komplemen C3 dan C4 sebagai biokatalisator memegang peranan penting untuk mencegah infeksi bakteri dan virus. Cara kerja komplemen adalah dengan cara membantu antibodi melumpuhkan antigen segera setelah antibodi berikatan dengan antigen. Komplemen C3 dan C4 kadarnya rendah dalam ASI, tetapi mempunyai daya menyerang kuman patogen yang kuat, dan daya untuk melumpuhkan kuman yang masuk ke tubuh (Perry, et al., 2010).

Kandungan antistreptokokus pada ASI melindungi bayi dari infeksi streptokokus. Antistreptokukus merupakan zat protektif nonimunoglobulin, artinya zat tersebut bukan dari golongan zat kekebalan tubuh, tetapi mempunyai daya melindungi tubuh dari kuman patogen. Antistreptokukus melindungi bayi dari infeksi streptokukus. Biasanya infeksi streptokokus dapat menyebabkan laringitis dan pneumonia (Perinasia, 2010).

Imunoglobulin pada ASI berguna untuk membunuh kuman pathogen dengan cara melisiskannya dengan bantuan komplemen. Jenis imunoglobulin yang terdapat pada ASI adalah IgA, IgE, IgM dan IgG. Imunoglobulin pada ASI dapat bertahan pada saluran pencernaan bayi karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan virus masuk ke dalam mukosa usus (Perry, et al., 2010).

Makrofag merupakan imunitas selular yang berfungsi membunuh dan memfagositosis mikroorganisme, membentuk C3 dan C4, lisozim dan laktoferin, melepaskan IgA intraselular ke dalam jaringan, dan meningkatkan aktivitas limfosit T. Imunitas selular yang banyak terdapat pada ASI adalah makrofag yaitu sebesar 90%, sisanya adalah neutrofil, limfosit dan sel epitel. Imunitas seluler juga berfungsi sebagai pengangkut dan penyimpanan immunoglobulin. (Perinasia 2010)


PULSA GRATIS!!!

Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?

Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^

Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.

Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-

Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D

Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html

Title : Air Susu Ibu (ASI): Nilai Gizi dan Kandungan Protektifnya
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/08/kandungan-dan-nilai-gizi-asi.html

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »