Proses Resusitasi Neonatus: Gawat pada Bayi Baru Lahir
Credit: media(dot)defense(dot)gov (modifikasi) |
Apa Itu Resusitasi Neonatus?
Resusitasi
adalah usaha untuk membantu ventilasi, oksigenasi dan curah jantung yang cukup
untuk memasok oksigen ke otak, jantung dan organ vital lainnya. Resusitasi dilakukan
dengan kompresi jantung dan memberikan pernapasan buatan. Resusitasi mengandung
arti kata "menghidupkan kembali", yaitu usaha yang dilakukan untuk
menghilangkan episode serangan jantung sampai kematian biologis. Neonatus
adalah bayi yang baru lahir. Jadi resusitasi neonatus adalah resusitasi yang
dilakukan pada bayi baru lahir.
Kapan Resusitasi Neonatus Dilakukan?
Bayi
yang baru lahir yang tidak memerlukan resusitasi dapat dikenali secara umum
pada saat kelahiran dengan cepat menilai jawaban atas 3 pertanyaan berikut:
(1) Apakah usia kehamilan cukup?
(2) Apakah tonus (pergerakan)
bayi baik / aktif?
(3) Apakah bayi bernapas atau
menangis?
Jika
jawaban untuk semua 3 pertanyaan di atas adalah "iya," maka bayi yang
baru lahir tersebut dapat langsung diberikan tindakan / perawatan biasa.
Perawatan biasa yang dimaksud adalah bayi segera dibersihkan, bayi ditaruh untuk
sentuhan kulit ke kulit dengan ibu, dan lalu bayi diselimuti dengan linen
kering untuk menjaga suhu tetap normal. Namun, pengamatan pola pernapasan,
aktivitas / pergerakan, dan warna kulit harus terus dilakukan.
Di kasus yang lain, jika jawaban atas 3 pertanyaan tadi adalah "tidak," maka bayi harus dipindahkan ke inkubator yang hangat untuk kemudian diberikan 1 atau lebih dari 4 tindakan berikut secara berurutan:
Di kasus yang lain, jika jawaban atas 3 pertanyaan tadi adalah "tidak," maka bayi harus dipindahkan ke inkubator yang hangat untuk kemudian diberikan 1 atau lebih dari 4 tindakan berikut secara berurutan:
(1) Langkah awal dalam
stabilisasi (menjaga suhu normal, menjaga posisi, membersihkan sekret jika ia
berlebihan dan / atau menghalangi jalan nafas, mengeringkan bayi, dan melakukan
stimulasi)
(2) Tindakan ventilasi dan
oksigenasi
(3) Melakukan kompresi dada
(4) Memberikan epinefrin dan /
atau cairan IV
Waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan langkah awal, mengevaluasi kembali, dan
memulai ventilasi lebih lanjut yang diperlukan adalah kira-kira selama 60 detik
pertama yang juga disebut sebagai Golden
Minute. Penting untuk menghindari penundaan yang tidak perlu dalam inisiasi
ventilasi, karena inilah langkah paling penting untuk resusitasi neonatus yang
berhasil yang belum berespons terhadap tindakan awal yang sudah dilakukan.
Keputusan
memberikan tindakan lebih lanjut ditentukan dengan penilaian simultan dari 2
karakteristik vital yaitu respirasi (adanya apnea, napas terengah-engah, atau
masalah lain pada pernafasan) dan detak jantung (jika ia kurang dari 100 kali
per menit). Setelah tindakan ventilasi tekanan positif (PPV) atau pemberian
oksigen tambahan dimulai, penilaian harus mencakup evaluasi simultan dari 3
karakteristik vital yaitu detak jantung, respirasi, dan saturasi oksigen
(Kattwinkle, 2010).
Bagaimana Indikator Untuk Menentukan Kebutuhan Resusitasi Neonatus?
Perlu
penilaian yang akurat dan cepat untuk menentukan kapan resusitasi neonatus
dilakukan.
(1) Indikator Pernapasan
Resusitasi
dilakukan bila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernapas atau
tidak bernafas secara adekuat. Lihatlah gerakan dada, irama, dan frekuensi pernapasan
awal selama 1 menit. Napas yang tidak adekuat artinya pernapasan tidak efektif
dan perlu dilakukan tindakan segera. Pernapasan efektif pada bayi normal
biasanya 30 - 50 kali per menit atau jika bayi tersebut menangis kuat. Jika
pernapasan sudah adekuat, maka kita dapat beralih ke penilaian selanjutnya.
(2) Indikator Detak Jantung
Resusitasi
dilakukan segera bila penilaian detak jantung menunjukkan denyut jantung tidak
teratur pada bayi. Frekuensi denyut jantung haruslah lebih dari 100 kali per
menit. Cara termudah dan tercepat adalah menggunakan stetoskop atau meraba tali
pusar. Meraba arteri bisa menggambarkan detak jantung bayi secara terus menerus.
Bisa dilakukan penghitungan selama 6 detik, hasil kemudian dikalikan 10 maka
didapatkanlah frekuensi denyut jantung
selama 1 menit.
Jika
frekuensinya lebih dari 100 kali per menit dan bayi bernafas secara spontan,
lanjutkan dengan menilai warna kulit. Bila frekuensi kurang dari 100 kali per
menit namun pernapasan bayi spontan, hal ini bisa menjadi tanda untuk dilakukannya Positive Pressure Ventilation.
(3) Indikator Warna Kulit
Resusitasi
dilakukan bila penilaian warna kulit menunjukkan sianosis (kebiruan). Jika penilaian
indikator pernapasan dan frekuensi jantung menunjukkan hasil yang baik, kulit seharusnya
menunjukkan warna kemerahan. Jika masih ada sianosis sentral, oksigen dapat diberikan.
Jika sianosis bersifat perifer, oksigen tidak perlu diberikan, karena peredaran
darah pada bayi baru lahir memang masih lamban, atau sebagian kasus bisa
disebabkan karena suhu kamar bersalin yang dingin.
Kondisi Apa yang Membutuhkan
Resusitasi Neonatus?
Berikut
adalah beberapa kondisi yang memerlukan tindakan resusitasi neonatus:
(1) Obstruksi jalan nafas: bisa
karena lendir / darah / mekonium, atau karena lidah yang jatuh ke bagian posterior
(belakang).
(2) Kondisi depresi pernapasan
akibat obat yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestesi, analgesik lokal,
narkotika, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya.
(3) Kerusakan neurologis atau kerusakan
sistem saraf pusat.
(4) Kelainan jalan nafas atau
sistem kardiovaskular, maupun kelainan bawaan lain yang menyebabkan gangguan pada
sistem pernapasan dan peredaran darah.
(5) Syok hipovolemik misalnya
karena kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi
penting dilakukan pada beberapa menit pertama kehidupan. Jika tindakan
terlambat, meskipun bisa selamat dari kematian keterlambatan ini bisa jadi berakibat
buruk bagi kualitas hidup bayi di masa yang akan datang.
Antisipasi Kebutuhan
Resusitasi Neonatus
Setiap
kelahiran harus dihadiri oleh setidaknya 1 orang yang dapat melakukan langkah
awal resusitasi bayi dan PPV. Dengan adanya faktor risiko perinatal yang
signifikan yang meningkatkan kemungkinan kebutuhan resusitasi, personil
tambahan dengan kemampuan resusitasi, termasuk kompresi dada, intubasi
endotrakeal, dan pemasangan kateter umbilikalis vena, harus segera tersedia
(Aziz, 2008; Zaichkin, 2011).
Hal Apa Saja yang Perlu
Dilakukan dalam Resusitasi Neonatus?
(1) Tenaga yang profesional dan
kerja sama tim yang baik.
(2) Pemahaman tentang fisiologi
dasar proses asfiksia pernafasan, kardiovaskular, dan progresif pada neonatus.
(3) Kemampuan dalam pemantauan,
mengatur suhu dan penggunaan alat.
(4) Obat dan cairan yang
dibutuhkan selama proses resusitasi neonatus.
Persiapan Resusitasi
Neonatus
Pada
setiap persalinan, penolong harus selalu siap untuk melakukan resusitasi bayi baru
lahir. Kesiapan ini penting agar bisa terhindar dari kehilangan waktu sangat
berguna untuk usaha dalam pemberian pertolongan segera. Dalam waktu keterlambatan
yang hanya kurang dari beberapa menit, neonatus mungkin akan menderita
kerusakan otak yang parah atau bahkan meninggal.
(1) Persiapan Keluarga
Sebelum
memberikan bantuan, bicaralah kepada keluarga tentang kemungkinan yang mungkin
terjadi pada ibu dan bayi serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk
membantu memperlancar pengiriman dan mengambil tindakan yang diperlukan.
(2) Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan
dibutuhkan untuk ruang persalinan dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang
hangat dan terang. Tempatkan lingkungan resusitasi yang sesuai, datar, bersih
dan kering.
Kondisi
datar diperlukan untuk menyesuaikan posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya
dilakukan di tempat hangat dan tidak banyak angin (jendela atau pintu terbuka).
Lampu sorot atau lampu 60 dapat digunakan sebagai penghangat karena neonatus sangat
rentan mengalami hipotermia.
(3) Persiapan Peralatan
Resusitasi
Sebelum
melakukan proses persalinan, selain alat-alat persalinan, persiapkan juga peralatan
resusitasi yang dalam keadaan siap pakai yaitu antara lain: 2 helai kain /
tapal, penopang bahu bayi (bisa dari kain, baju, selendang, kecil, digulung
setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk disesuaikan posisi kepala bayi), alat
suction atau bola karet penghisap untuk membebaskan jalan nafas dari lendir dan
hal lain, kotak alat resusitasi lengkap, dan lain-lain.
Bagaimana Langkah Resusitasi
Neonatus?
Sebelum persalinan dimulai, sebaiknya
ketahui terlebih dahulu informasi berikut:
(1) Apakah kehamilan cukup
bulan atau tidak?
(2) Apakah cairan amnion bercampur
dengan mekonium atau tidak?
Setelah bayi lahir, lakukan
penilaian berikut:
(1) Apakah bayi bernafas adekuat
atau menangis kuat?
(2) Apakah tonus otot atau
pergerakan bayi bagus?
Hasilnya
dapat dikatakan baik jika: bayi cukup bulan, cairan amnion tidak tercampur
dengan mekonium, tangisan bayi kencang, serta tonus ototnya bagus. Jika hasil
pengkajian sudah baik, maka berikan perawatan biasa untuk neonatus yaitu: berikan
kehangatan, bersihkan jalan napas, dan keringkan / lap bayi.
Jika
hasil pengkajian tidak bagus, maka lakukanlah hal berikut:
A. Airway (Jalan Nafas)
(1) Jaga agar bayi tetap
hangat.
Tutupi
bayi dengan kain dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi.
(2) Posisikan bayi.
Letakkan
bayi dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bagian bahu agar kepala berada
pada posisi sedikit ekstensi. Berikan posisi dengan hidung dan mulut dalam
garis lurus.
(3) Hisap lendir.
Dengan
alat pengisap atau bola karet, pertama-tama hisap lendir di mulut, lalu kemudian
lendir pada hidung. Lakukan penghisapan lendir sambil menarik keluar alat pengisap
(bukan saat alat dimasukkan). Saat menggunakan alat pengisap, jangan masukkan ujung
alat pengisap lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam
hidung karena bisa menyebabkan detak jantung bayi menjadi lambat atau bisa juga
menghentikan pernapasan bayi.
(4) Keringkan dan lakukan stimulasi
taktil.
Keringkan
bayi dari wajah, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Lakukan
stimulasi taktil dengan cara berikut: menepuk atau menjentik telapak kaki,
ataupun bisa juga dengan menggosok punggung, perut, dada atau kaki bayi dengan
telapak tangan. Perlu diingat bahwa rangsangan yang terlalu kasar, keras atau
terus-terus, tidak akan banyak membantu, ia bahkan bisa membahayakan kondisi bayi.
5.
Lakukan reposisi.
Ganti
kain basah dengan kain yang bersih dan kering. Tutupi bayi dengan kain, jangan
tutup wajah dan dada agar pernapasan bayi tidak terganggu. Atur ulang posisi
kepala bayi (sedikit ekstensi). Lakukan penilaian apakah bayi menangis kuat atau
bernafas secara spontan dan teratur.
6.
Kaji apakah bayi bernafas normal, terengah-engah atau tidak bernafas.
Lakukan
evaluasi yang meliputi: pernafasan, frekuensi jantung, serta warna kulit bayi
(apakah kebiruan). Jika
bayi bernafas, frekuensi jantung lebih dari 100 kali per menit, dan kulit tidak
kebiruan, maka berikan perawatan suportif.
B. Breathing (Pernafasan)
Bila
frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit dan terjadi apnea, maka dapat
dilakukan ventilasi tekanan positif segera. Ventilasi adalah bagian dari proses
resusitasi alveoli dengan tujuan memasukkan tekanan udara positif ke dalam
alveoli paru sehingga bayi bisa bernafas secara spontan dan teratur.
(1) Pasang sungkup masker pada mulut
dan hidung, perhatikan agar tidak ada celah.
(2) Ventilasi 2 kali dengan
tekanan 30 cmH2O, amati gerakan dada bayi. Tekanan awal ini sangat penting
untuk membuka alveloli paru sehingga bayi bisa mulai bernapas dengan spontan.
Lihat
apakah dada bayi mengembang, jika tidak maka periksa apakah posisi kepala sudah
benar, dan periksa pemasangan masker. Jika dada mengembang, maka lakukan tahap
selanjutnya. Adekuatnya ventilasi dinilai dengan menilai pengembangan dinding
dada dan auskultasi suara nafas. Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, frekuensi
jantung lebih dari 100 kali per menit, dan kulit sudah kemerahan, maka lakukan
perawatan lanjut.
C. Circulation (Sirkulasi)
Setelah
melakukan ventilasi tekanan positif, namun frekuensi jantung kurang dari 60 kali per menit maka lakukan kompresi dada. Kompresi
dinding dada bisa dilakukan dengan melingkari dinding thoraks kemudian dua ibu
jari menekan sternum atau bisa juga dengan cara memegang punggung bayi dengan
satu tangan dan jari telunjuk serta jari tengah tangan lainnya menekan sternum.
Teknik
dengan ibu jari lebih diutamakan karena kontrolnya lebih baik. Tekanan
diberikan di bagian bawah sternum dengan kedalaman kurang lebih 1,5 cm dan
dengan frekuensi 90 kali per menit.
Setiap
kompresi dada 3 kali, kemudian dilakukan ventilasi 1 kali sehingga ada
ventilasi 30 kali setiap menitnya. Perbandingan kompresi dan ventilasi yang
dianjurkan adalah 3:1.
Evaluasi
detak jantung dan warna kulit dilakukan setiap 30 detik. Bayi yang tidak
merespon, kemungkinan menunjukkan adanya ventilasi yang tidak adekuat, maka
dari itu sangat penting untuk menilai ventilasi bayi secara terus menerus.
D. Drug (Obat)
Jika
frekuensi jantung kuang dari 60kali per menit, berikan Epinefrin
Proses Post Resusitasi
Neonatus
Perawatan
pasca perawatan diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan
resusitasi. Resusitasi berhasil saat pernapasan bayi menjadi spontan dan teratur,
warna kulit kembali normal kemudian terjadi peningkatan tonus otot atau gerakan
aktif.
Berikut
adalah beberapa hal yang dilakukan setelah proses resusitasi neonatus berhasil:
(1)
Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
Jawab pertanyaan yang diajukan.
(2)
Ajarkan ibu bagaimana menilai pernapasan dan menjaga tubuh bayi tetap hangat.
Jika kelainan ditemukan, anjurkan untuk segera menghubungi penolong.
(3)
Sarankan ibu unutk segera memberikan ASI kepada bayinya. Bayi dengan masalah pernafasan
membutuhkan banyak energi. Menyusui dengan segera, bisa mensuplai energi yang
dibutuhkan.
(4)
Dorong ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (menyusui dengan metode Kangguru).
(5)
Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir dan
bagaimana cara memanggil bantuan yang tepat.
(6)
Lakukan perawatan biasa: berikan Vitamin K, salep mata antibiotik, dan imunisasi
hepatitis B.
(7)
Lakukan pemantauan bayi secara hati-hati setelah resusitasi selama 2 jam
pertama. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi, yaitu adanya tarikan
intercostal, napas yang terengah-engah, frekuensi pernapasan > 60 kali per menit,
bayi kebiruan atau pucat, bayi lemas.
Kamu punya blog atau punya akses untuk mengelola blog milik instansi tertentu (dinas, puskesmas, RS, universitas, dll)?
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Proses Resusitasi Neonatus: Gawat pada Bayi Baru Lahir
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/09/resusitasi-neonatus.html
dan kamu mau PULSA GRATIS?
Buat artikel yang terkait dg artikel ini atau artikel lain di blog ini, lalu cantumkan URL artikelnya pada artikel kamu sebagai tambahan bacaan. Artikelnya gak perlu panjang-panjang kok, minimal 200 kata sudah boleh. Kalo kamu ada artikel lama yang tinggal diedit untuk ditambahkan URL artikel kami, itu lebih bagus lagi ^_^
Setelah kamu ada artikelnya, beritahu kami dengan cara kirim pesan kepada kami langsung dari menu "Hubungi kami" yang berisi nama kamu, nomor HP, dan URL artikel yang kamu buat.
Kami akan menyeleksi peserta yang memenuhi syarat lalu secara acak akan memilih peserta yang beruntung setiap bulannya untuk mendapatkan pulsa gratis sebesar Rp 20.000,-
Yuk, ikutan! kapan lagi bisa dapat pulsa gratis dengan mudah, hehe :D
Untuk mengirim pesan dan jika ada pertanyaan, hubungi kami disini >> http://www.sainsphd.com/p/hubungi-kami.html
Title : Proses Resusitasi Neonatus: Gawat pada Bayi Baru Lahir
URL : https://sains-phd.blogspot.com/2017/09/resusitasi-neonatus.html